Sosok Raja Keraton Surakarta PB XIII Hangabehi yang tutup usia di usia 77 tahun

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Solo kembali diselimuti duka mendalam setelah Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sri Susuhunan Paku Buwono XIII atau yang dikenal dengan sebutan Hangabehi, meninggal dunia pada usia 77 tahun. Kabar wafatnya raja yang sudah dua dekade memimpin keraton itu diumumkan pada Minggu pagi, 2 November 2025.

Jenazah almarhum dibawa ke Keraton Surakarta untuk prosesi penghormatan terakhir. Suasana haru terasa di dalam kompleks keraton ketika keluarga, abdi dalem, dan masyarakat datang untuk memberikan penghormatan.

Setelah disemayamkan, jenazah akan dikirab menggunakan kereta pusaka Pralaya menuju Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Prosesi ini merupakan tradisi turun-temurun bagi raja yang memimpin Kasunanan Surakarta.

Profil PB XIII Hangabehi

Sri Susuhunan Paku Buwono XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama lengkap KGPH Hangabehi. Ia merupakan putra tertua dari Sri Susuhunan Paku Buwono XII, raja terdahulu Keraton Surakarta. Dari kecil, ia tumbuh di lingkungan keraton dan dididik dalam nilai-nilai adat serta budaya Jawa yang kental.

PB XIII dinobatkan sebagai raja pada 10 September 2004 setelah melalui masa transisi yang cukup panjang pasca wafatnya PB XII. Penobatan itu sempat diwarnai dinamika internal di lingkungan keraton, namun pada akhirnya Hangabehi diakui sebagai raja yang sah dan melanjutkan tahta Kasunanan Surakarta.

Sebagai pemimpin adat, PB XIII dikenal tegas dalam menjaga martabat dan tradisi keraton. Ia berkomitmen agar adat istiadat Jawa tetap hidup di tengah perkembangan zaman. Dalam masa kepemimpinannya yang berlangsung selama sekitar 21 tahun, PB XIII juga mendorong pelestarian seni dan budaya, seperti tari klasik, gamelan, dan upacara adat keraton.

Selain berperan di ranah budaya, PB XIII juga dikenal sebagai sosok yang tenang dan bersahaja. Ia kerap hadir di berbagai acara budaya dan keagamaan, serta terbuka terhadap dialog dengan masyarakat.

Warisan dan perjuangan budaya

PB XIII Hangabehi meninggalkan warisan besar dalam dunia kebudayaan Jawa. Ia dikenal sebagai penjaga nilai-nilai luhur keraton dan tokoh yang berupaya mempertahankan eksistensi Kasunanan Surakarta sebagai pusat budaya. Di masa pemerintahannya, berbagai kegiatan tradisi seperti sekaten, malam satu suro, dan upacara adat keraton tetap digelar secara rutin.

Meski sempat menghadapi konflik internal di awal pemerintahannya, PB XIII berhasil membawa stabilitas di lingkungan keraton. Ia juga memperkuat peran keraton dalam kegiatan kebudayaan dan sosial di Kota Solo.

Bagi masyarakat Surakarta, sosok PB XIII bukan hanya simbol kerajaan, tetapi juga figur yang melekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Banyak warga yang merasa kehilangan karena selama hidupnya PB XIII dikenal rendah hati dan mudah bergaul dengan masyarakat.

Kepergian PB XIII menjadi akhir dari babak penting dalam sejarah panjang Keraton Kasunanan Surakarta. Jenazahnya akan dimakamkan secara adat di Imogiri, berdampingan dengan para raja pendahulunya.

Masyarakat Solo berharap semangat PB XIII dalam menjaga budaya Jawa dapat diteruskan oleh generasi penerus. Meski sosoknya telah tiada, warisan dan dedikasinya untuk kelestarian budaya Jawa akan tetap dikenang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang ingin belajar dan mencintai akar budayanya sendiri.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka