Jakarta (KABARIN) - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkap bahwa kebutuhan awal anggaran untuk pemulihan bencana di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh diperkirakan sudah menembus angka lebih dari Rp50 triliun.
“Saya baru saja kemarin berkomunikasi dengan Menteri Pekerjaan Umum. Kalkulasi awalnya membutuhkan anggaran Rp50 sekian triliun. Kalkulasi awal ya, ini tentu tidak bisa saya katakan definitif karena masih terus berkembang," ujar AHY dalam doorstop usai agenda Balairung Dialogue 2025 di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa data terkait kerusakan dan kebutuhan penanganan terus diperbarui oleh BNPB dan kementerian terkait. AHY juga sudah meminta agar seluruh kebutuhan anggaran diperbaharui secara berkala, baik untuk penyelesaian fase tanggap darurat yang diperpanjang, maupun percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, kementerian terkait diminta memastikan perhitungan anggaran dan persiapan penanganan bencana berjalan matang, terutama saat eksekusi di lapangan.
“Tidak boleh ada hal-hal yang tidak kita lakukan secara cepat, tapi juga tidak boleh grasah-grusuh, karena membangun kembali juga bukan berarti yang penting cepat, tapi juga harus kualitasnya bagus, karena jangan sampai kemudian juga tetap rentan terhadap bencana itu,” tegas AHY.
Skala kerusakan infrastruktur di tiga provinsi tersebut terbilang besar, mencakup 52 kabupaten. Dampaknya meliputi 1,2 ribu fasilitas umum, 199 fasilitas kesehatan, 534 fasilitas pendidikan, 420 rumah ibadah, 234 gedung/kantor, 435 jembatan, 259 akses terdampak, 163 akses terputus, 101 jalan terputus, dan 62 jembatan terputus. Selain itu, ada 156,5 ribu rumah yang rusak, terdiri atas 143.427 rusak berat, 2.298 rusak sedang, dan 10.808 rusak ringan.
Dalam kesempatan itu, AHY juga menyampaikan bahwa ia akan kembali terjun langsung ke lapangan untuk memastikan penanganan berjalan efektif.
“Saya siang hari ini akan kembali ke Sumatera Utara dan ke Aceh, khususnya Aceh Tamiang, yang juga merupakan salah satu daerah yang paling buruk terdampak bencana. Saya ingin lihat secara langsung, sekaligus memastikan pekerjaan di lapangan ini bisa berjalan dengan taktis dan efektif,” ujarnya.