Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah sempat membuka perdagangan Jumat dengan sedikit sentuhan positif. Angkanya naik tipis menjadi Rp16.725 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp16.728 per dolar AS.
Meski begitu, analis pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah belum aman. Ia memperkirakan mata uang Garuda kembali tertekan karena keyakinan pasar soal peluang pemangkasan suku bunga AS makin mengecil.
“Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga AS yang menyusut belakangan ini masih menjadi momok untuk rupiah,” ujarnya.
Setelah isu penutupan pemerintah Amerika berakhir, fokus investor beralih ke data ekonomi AS yang sebelumnya tertunda. Informasi ini akan memengaruhi bagaimana pasar membaca langkah The Fed ke depan.
Situasinya semakin rumit karena peluang pemangkasan suku bunga pada Desember kini tinggal setengah, padahal sebulan lalu masih berada di kisaran 95 persen menyusul pernyataan bernada hawkish dari sejumlah pejabat Fed.
Pengamat lain, Lukman, menambahkan bahwa kebijakan longgar Bank Indonesia serta berbagai stimulus pemerintah ikut menambah tekanan pada rupiah.
“Ditambah sikap longgar BI dan stimulus pemerintah juga memberikan tekanan ke rupiah,” ungkap Lukman.
Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI pekan depan, Ariston menilai bank sentral sebaiknya belum melakukan perubahan suku bunga. Ia menyebut sudah banyak stimulus ekonomi yang digelontorkan dan BI perlu melihat perkembangan lebih lanjut sebelum mengambil langkah baru.
Dengan kondisi tersebut, rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp16.700 hingga Rp16.750 per dolar AS.