Jakarta (KABARIN) - Penyanyi pop Sabrina Carpenter buka suara setelah lagunya, "Juno", dipakai tanpa izin dalam video yang diunggah Gedung Putih dan menampilkan aksi penggerebekan imigrasi oleh Bea Cukai AS (ICE). Sabrina dengan tegas menolak penggunaan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak pantas.
Dilaporkan Channel News Asia, Rabu, Sabrina merespons unggahan video yang memperlihatkan petugas ICE menangani orang, memborgol tahanan, dan melakukan penegakan imigrasi, semuanya diiringi lagu “Juno”.
"Video ini jahat dan menjijikkan. Jangan pernah melibatkan saya atau musik saya untuk kepentingan agenda Anda yang tidak manusiawi," tulis Carpenter dalam reaksinya terhadap video yang diposting pada Senin itu.
Pernyataan Sabrina langsung ditanggapi Juru Bicara Gedung Putih, Abigail Jackson. Ia membela tindakan ICE dan menyebut operasi itu sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendeportasi pelaku kejahatan berbahaya.
"Ini pesan singkat dan manis untuk Sabrina Carpenter: kami tidak akan meminta maaf karena mendeportasi pembunuh ilegal, pemerkosa, dan pedofil berbahaya dari negara kami. Siapa pun yang membela monster-monster sakit ini pasti bodoh, atau lambat?," kata Jackson.
Sabrina bukan satu-satunya musisi yang kesal lagunya dipakai tanpa izin oleh pemerintah atau figur politik. Beberapa artis lain sebelumnya juga pernah memprotes Presiden Donald Trump dan timnya karena memakai musik mereka.
Kenny Loggins, misalnya, menuntut agar video berisi lagu “Danger Zone” dari film "Top Gun" dihapus setelah digunakan dalam video yang menampilkan gambar Trump versi AI sebagai pilot jet tempur.
Pada 2024, Celine Dion juga mengecam penggunaan lagunya “My Heart Will Go On” dalam sebuah video kampanye. Beyonce pun bereaksi serupa saat lagunya “Freedom” dipakai tanpa izin di tahun yang sama.
Kasus Sabrina Carpenter menambah daftar panjang artis yang menolak musiknya digunakan untuk kepentingan politik tanpa persetujuan mereka.
Editor: Raihan Fadilah
Copyright © KABARIN 2025