Kata "67" jadi Word of the Year 2025, padahal nggak ada artinya!

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Meskipun maknanya secara harfiah tidak jelas, bahkan oleh penciptanya, portal kamus asing Dictionary.com, baru-baru ini menobatkan "67" (dibaca: "Six-Seven") yang populer di TikTok sebagai "Word of the Year" 2025.

Dilansir dari InStyle, Kamis waktu AS, mengenakan "67" adalah cara instan untuk menunjukkan bahwa Anda tahu dan mengikuti tren internet terbaru.

Seperti yang ditunjukkan oleh pembawa acara TV Amerika Serikat Savannah Guthrie yang memamerkan kostum Halloween buatannya sendiri yang mengambil tema dari tren populer Gen Alpha itu.

Laporan mencatat, istilah tersebut bersifat "tidak masuk akal dan jenaka" serta bertindak sebagai "sinyal sosial" atau lelucon internal bagi kalangan muda.

Dijelaskan bahwa fenomena "67" berawal dari lagu rap tahun 2024 berjudul "Doot Doot (6 7) yang dibawakan oleh Skrilla, dengan bait "6-7" dinyanyikan secara rap pada lagu tersebut

Kepopuleran bait itu semakin sering muncul di video-video TikTok dan Instagram, menampilkan bintang NBA LaMelo Ball yang tingginya kebetulan 6 kaki 7 inci.

Dalam video TikTok yang diunggah pada 18 Agustus, dilansir dari Today, seorang guru dan pembuat konten pendidikan Mr. Lindsay menjelaskan rima bait itu berubah dari nada yang menarik menjadi sensasi viral karena mudah diucapkan.

“Secara harfiah tidak ada keadaan di mana seorang anak tidak mungkin mengatakan, ‘enam, tujuh',” kata Lindsay.

Ini telah menjadi “terlalu sering digunakan," tambah Lindsay.

Direktur leksikografi Dictionary Media Group, Steve Johnson, menjelaskan bahwa "67" adalah "bagian dalam lelucon, bagian sinyal sosial, dan bagian kinerja".

Artinya, saat generasi alpha mengatakannya, mereka tidak cuma meniru meme, tapi juga meneriakkan perasaan mereka.

Skrilla sendiri mengakui kepada Wall Street Journal kalau frasa tersebut pada dasarnya tidak ada artinya.

"Saya tidak pernah memberikan arti sebenarnya padanya, dan saya tetap tidak ingin,” kata Skrilla, sembari menambahkan bahwa kurangnya makna mungkin menjadi alasan mengapa semua orang terus mengatakannya.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka