Beirut (KABARIN) - Militer Israel meluncurkan serangan udara pada Kamis (18/9) malam di sejumlah desa di Lebanon selatan, termasuk Mays el Jabal, Dibbine, dan Kfar Tebnit, menurut laporan National News Agency (NNA). Serangan ini menambah ketegangan di wilayah yang sudah rawan konflik.
Operasi ini dilakukan setelah juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menyatakan di platform X bahwa serangan ditujukan untuk menekan aktivitas Hizbullah di wilayah tersebut. Pernyataan ini menunjukkan alasan militer Israel dalam melancarkan aksi udara.
Pihak militer Lebanon mengecam tindakan Israel dan menekankan bahwa sejak gencatan senjata 2024, serangan seperti ini sudah terjadi lebih dari 4.500 kali. Mereka menyoroti dampak terhadap warga sipil, termasuk kerusakan rumah dan kesulitan dalam pengerahan pasukan di selatan Sungai Litani.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, menyuarakan protes keras terhadap Israel, mempertanyakan keseriusannya dalam mematuhi Resolusi 1701. Ia meminta komunitas internasional, terutama negara penjamin gencatan senjata, untuk menekan Israel agar menghentikan agresi, menarik pasukannya, dan membebaskan para tahanan.
Meskipun ada gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis sejak November 2024, Israel tetap sesekali menargetkan wilayah Lebanon. Menurut klaim mereka, serangan ini untuk menghadapi potensi ancaman dari Hizbullah, sementara pasukan Israel masih ditempatkan di lima titik perbatasan utama.