Merawat tradisi serta budaya Betawi lewat Abang None Jakarta 2025

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta jadi saksi malam penuh semangat budaya saat pemilihan Abang None Jakarta 2025, Jumat (26/9) malam. Ajang ini bukan sekadar kontes bergengsi, tapi juga wadah lahirnya ikon budaya sekaligus agen perubahan untuk promosi pariwisata, ekonomi kreatif, dan pembangunan kota.

Sebanyak 36 finalis (18 pasang) tampil maksimal unjuk kemampuan mulai dari bahasa, pengetahuan seputar Jakarta, hingga kreativitas di hadapan dewan juri dan para pendukung. Dewan juri pun nggak main-main, hadir dari beragam bidang: mulai dari tokoh Betawi, pegiat pariwisata, pejabat Pemprov DKI, hingga perancang busana dan psikolog.

Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda DKI Jakarta, Suharini Eliawati, duduk sebagai ketua dewan juri. Ada juga nama-nama seperti Sayu Oka Widani (Kemenlu), Fifi Aleyda Yahya (Kominfo & Digital), Beky Mardani (LKB), Rose Mini (UI), Hariyadi Sukamdani (GIPI), Poppy Dharsono, Ayu Dyah Pasha, hingga Vita Datau.

Buat Pemprov DKI, terutama Gubernur Jakarta Pramono Anung, Abang None bukan sekadar kontes adu keren. Lebih dari itu, ajang ini simbol optimisme anak muda Jakarta yang bersemangat menjaga tradisi sekaligus membangun kota modern.

“Abang None Jakarta diharapkan tidak hanya menjadi teladan dalam menjaga tradisi, tetapi juga mampu menginspirasi generasi muda lain untuk ikut berkontribusi membangun Jakarta yang lebih maju, ramah, dan membanggakan,” pesan Pramono.

Sepanjang acara, nuansa Betawi kental banget terasa. Mulai dari busana tradisional—jas demang ujung serong untuk Abang, kebaya kerancang warna-warni plus kerudung untuk None—sampai alunan musik kromong di pembukaan. Tapi, unsur modern juga masuk lewat penampilan band Armada dan Rossa yang bikin suasana makin meriah.

Acara dipandu Okky Lukman dan Rizky Kinos, yang menemani penonton dari tahap awal hingga puncak pemilihan. Satu per satu finalis diminta menyampaikan gagasan mereka, lalu mengerucut jadi 16 besar, tiga besar, hingga akhirnya lahirlah pemenang.

Momen tiga besar jadi sorotan. Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno memberi pertanyaan filosofis untuk finalis Abang: “Bayangkan Jakarta adalah seorang manusia berusia 500 tahun, ia lelah namun masih bermimpi. Sebagai Abang Jakarta, mimpi apa yang kamu bisikkan kepadanya agar dia kembali bersemangat dan mewujudkan mimpinya?”

Sementara finalis None ditantang Dewi Indriati dengan pertanyaan soal cara meyakinkan turis yang kecewa karena macet di Jakarta. Jawaban kreatif pun mengalir, dari promosi budaya sampai dorongan mendukung transportasi massal.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya terpilihlah David Leon Bijlsma (Jakarta Timur) dan Farel Larasati alias Defa (Jakarta Pusat) sebagai Abang dan None Jakarta 2025. Mereka berdua resmi jadi wajah baru kota Jakarta.

Selain juara utama, diumumkan juga Wakil 1 (Muchamad Raynald Ghazali–Naomyscha Attalie Maza), Wakil 2 (Muhammad Fathi Umar–Isabel Tramp), hingga juara harapan dan favorit.

Seperti disampaikan Pramono, Abang None bukan hanya selempang dan gelar, tapi amanah besar: merawat tradisi Betawi, menginspirasi generasi muda, sekaligus jadi duta Jakarta di mata dunia.


Bagikan

Mungkin Kamu Suka