Guru diminta lebih dekat ke anak didik untuk cegah dampak negatif gim online

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menilai guru punya peran penting dalam membangun kedekatan dengan siswa untuk mencegah dampak buruk dari gim online. Menurutnya, pendekatan yang dilakukan secara langsung akan lebih efektif dibanding harus dijadikan bagian dari kurikulum formal.

“Tidak semua harus masuk kurikulum, sebab nanti akan membebani siswa juga. Cukup literasi, edukasi dan pengawasan. Misalnya edukasi dan pendekatan guru ke anak didik,” ujar Heru.

Ia menilai edukasi di sekolah perlu berjalan seiring dengan pengawasan orang tua di rumah dan dukungan pemerintah lewat program literasi digital. Heru menyoroti insiden ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta yang diduga terinspirasi konten gim, sebagai pengingat bahwa anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap pengaruh negatif dunia digital.

Ia juga mendorong pemerintah untuk lebih tegas memantau gim daring yang bisa berdampak buruk bagi anak di bawah umur.

“Pemerintah harus aktif juga memantau gim online bermasalah, hentikan jika gim tidak patuh pada aturan yang ada di UU ITE atau PP Tunas,” katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Alexander Sabar, menegaskan bahwa sistem Indonesia Game Rating System (IGRS) sudah diberlakukan untuk memastikan setiap gim memiliki label usia yang sesuai.

“Sistem ini memastikan setiap gim memiliki label usia yang jelas dan sesuai dengan ketentuan pelindungan anak di ruang digital,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengawasan akan terus dilakukan terhadap semua platform gim daring, bukan hanya satu jenis saja.

“Ruang digital, termasuk gim dan media sosial, tidak boleh menjadi ruang tanpa batas,” kata Alexander menutup.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka