Britpop dan sepak bola tumbuh bersama sebagai simbol kelas pekerja

waktu baca 3 menit

Britpop ngingetin kita satu hal: musik, olahraga, dan identitas seringkali saling melengkapi.

Jakarta (KABARIN) - Buat sebagian orang, dengerin irama Britpop tuh kayak langsung dilempar balik ke masa-masa dukung tim bola kesayangan. Nggak heran, soalnya genre musik asal Britania Raya ini emang udah lengket banget sama kultur sepak bola Inggris—bahkan Eropa secara keseluruhan.

Fenomena ini nggak muncul tiba-tiba, guys. Ada sejarah panjang gimana musik, olahraga, dan gaya hidup saling ketemu dan akhirnya jadi identitas bareng.

Britpop jadi soundtrack tribun stadion
Era kejayaan Britpop ada di tahun 1990-an. Band-band kayak Oasis, Blur, sampai Pulp bukan cuma ngeganti arah musik populer, tapi juga jadi cermin semangat kelas pekerja,yang jadi tulang punggung suporter bola di Inggris.

Lagu-lagunya simple, liriknya lugas, banyak ngomongin kehidupan sehari-hari, kadang nyenggol kritik sosial juga. Makanya gampang banget nyambung sama suasana tribun.

Contoh paling gampang? Lagu legendaris “Three Lions (Football’s Coming Home)”. Musiknya digarap The Lightning Seeds, liriknya ditulis komedian David Baddiel dan Frank Skinner. Tiap kali timnas Inggris main di turnamen besar, lagu ini pasti jadi anthem wajib di stadion.

Oasis, Blur, Pulp sebagai ikon fans sepak bola
Oasis? Udah jelas. Liam Gallagher itu fans garis keras Manchester City. Lagu kayak “Cigarettes and Alcohol” yang ngerayain budaya minum, ngerokok, dan hidup bebas udah kayak potret di tribun bola, apalagi di liga-liga kasta bawah Inggris.

Blur? Lebih kental sama vibe Chelsea dan identitas Kota London. Lagu “Parklife” sering disebut sebagai gambaran hidup kelas pekerja kota yang notabene mayoritas isi tribun.

Sedangkan Pulp dengan “Common People” ngangkat isu perbedaan kelas dengan cara satir tapi jujur. Lagi-lagi cocok banget sama jiwa komunitas suporter bola Inggris.

Stadion = Panggung
Britpop juga hidup di stadion lewat playlist pertandingan. Lagu “Bittersweet Symphony” dari The Verve pernah jadi musik pembuka laga timnas Inggris di ITV. Lagu-lagu The Stone Roses masih sering diputer di Old Trafford tiap Manchester United main. Jadi, nggak cuma jadi musik buat headphone doang, tapi juga bagian dari atmosfer stadion.

Fesyen suporter: Dari Fred Perry ke jersey kolaborasi
Selain musik, gaya Britpop juga nular ke fesyen suporter. Style Mod dan Casual—dengan kaos Fred Perry, jaket Harrington, sepatu Adidas klasik kayak Samba dan Gazelle, sampai syal Burberry—udah jadi seragam nggak resmi di tribun Championship sampai non-liga.

Nggak heran kalau Manchester City sempet ngeluarin jersey spesial bareng Noel Gallagher. Atau waktu Damon Albarn (Blur, Gorillaz) ikut terlibat pas Chelsea ngerilis kit baru di tahun 2017. Semua itu makin nekenin kalau Britpop emang punya ikatan kuat sama sepak bola.

Musik, sepak bola, dan identitas
Intinya, Britpop sama sepak bola di Inggris tuh tumbuh bareng. Sama-sama jadi simbol ekspresi kelas pekerja. Musik bikin tribun hidup, tribun bikin musik punya loyalitas lintas generasi.

Meskipun era kejayaan Britpop udah lewat, auranya masih berasa banget di stadion. Apalagi ketika sekarang Oasis udah reuni, itu tentunya bikin fans heboh dan bikin statement makin jelas kalau hubungan Britpop, bola, dan gaya hidup nggak bakal pernah mati.

Britpop ngingetin kita satu hal: musik, olahraga, dan identitas seringkali saling melengkapi. Di Inggris, ketiganya udah jadi budaya yang nyatu, dan susah banget dipisahin.

Baca Juga: Synchronize Fest 2025 boyong 147 musisi, dari Hindia sampai Bernadya

Baca Juga: Pink Floyd rilis merchandise untuk rayakan ulang tahun ke-60

Bagikan

Mungkin Kamu Suka