Dari 4.500 ha sawah yang terkena banjir dan longsor di Sumbar, sebanyak 1.341 ha di antaranya mengalami puso atau gagal panen
Kota Padang (KABARIN) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mencatat luas lahan sawah yang mengalami puso atau gagal panen akibat bencana hidrometeorologi mencapai 1.341 hektare. Angka ini merupakan bagian dari total sekitar 4.500 hektare sawah yang terdampak banjir dan longsor di wilayah tersebut.
“Dari 4.500 ha sawah yang terkena banjir dan longsor di Sumbar, sebanyak 1.341 ha di antaranya mengalami puso atau gagal panen,” kata Koordinator Bagian Dampak Perubahan Iklim UPTD BPTPH Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar, Mufridawati, di Padang, Rabu.
Dari 16 kabupaten/kota yang terdampak, wilayah dengan puso terbesar berada di Kabupaten Padang Pariaman, disusul Kabupaten Agam, Pasaman Barat, Solok, Pesisir Selatan, dan Kota Padang. Tak hanya padi, tanaman jagung, sayuran, hingga buah-buahan juga ikut terdampak bencana hidrometeorologi yang melanda pada akhir November 2025.
“Sejak 1 Desember 2025, tim sudah diturunkan untuk mendata lahan pertanian yang rusak akibat banjir bandang dan tanah longsor,” ujar Mufridawati.
Ia menjelaskan pendataan dilakukan bukan hanya untuk mengetahui tingkat kerusakan, tetapi juga sebagai dasar pengajuan kompensasi bagi para petani yang terdampak. “Dari BPTPH Dinas Perkebunan mendata berapa luas tanaman yang terdampak, ini kita laporkan dan laporan inilah nanti yang diharapkan ada kompensasi untuk petani,” katanya.
Meski begitu, masih ada tiga daerah yang belum bisa didata karena akses jalan terputus dan belum dapat dilalui. Ketiganya adalah Malalak di Kabupaten Agam, Tinggam di Kabupaten Pasaman Barat, dan Gunung Omeh di Kabupaten Limapuluh Kota.
Petugas diberikan waktu hingga minggu ketiga Desember untuk merampungkan seluruh pendataan di lapangan.