Oto

Kenapa mobil listrik China beda merek tapi mirip semua? Ini alasannya

waktu baca 2 menit

China (KABARIN) - Dalam beberapa tahun terakhir, mobil kendaraan energi baru atau NEV asal China makin ramai di pasar global. Namun ada satu hal yang sering bikin orang bingung. Banyak mobil dari merek berbeda terlihat hampir sama, mulai dari desain luar, fitur di kabin, sampai teknologi yang dipakai.

Memasuki 2025, kondisi ini makin terasa. Sistem bantuan mengemudi canggih Huawei Qiankun ADS kini hampir menjadi fitur wajib di model-model terbaru. Teknologi ini bahkan sudah dipakai pada mobil hasil kolaborasi, seperti Audi A5L dan Q5L.

Fenomena seragamnya tampilan mobil ini menuai kritik dari pelaku industri sendiri. Wakil Presiden sekaligus Kepala Desain Global Geely, Chen Zheng, menilai industri otomotif China sedang terjebak budaya ikut-ikutan.

Tren desain yang sedang populer langsung diterapkan tanpa konsep matang, sehingga konsumen kesulitan membedakan satu merek dengan merek lainnya hanya dari tampilan mobil.

Pandangan serupa juga disampaikan Ketua Voyah, Lu Fang. Ia menyebut persaingan yang terlihat sengit di permukaan justru mencerminkan minimnya inovasi yang benar-benar baru di balik layar industri otomotif.

Ironisnya, perusahaan induk Voyah, Dongfeng, pernah terseret isu penjiplakan desain. Saat Dongfeng Forthing Xinghai S7 diperkenalkan, direktur desain IM Motors secara terbuka mempertanyakan keaslian desainnya karena dianggap sangat mirip dengan IM L7.

Maraknya tudingan plagiarisme ini bukan tanpa sebab. Mengembangkan mobil membutuhkan biaya besar, pengelolaan ribuan komponen, serta pemenuhan standar teknis dan keselamatan yang ketat. Jalan pintas dengan meniru pun akhirnya dipilih sebagian produsen.

Sumber dari dalam industri menyebutkan bahwa daftar komponen yang digunakan produsen NEV satu dengan lainnya nyaris sama.

“Mobil-mobil ini terlihat memiliki fitur yang kaya, tetapi sebenarnya hanyalah tiruan dengan bodi berbeda namun teknologi dasarnya sama.” kata Lu.

Ia menambahkan bahwa banyak perusahaan lebih mengejar keuntungan cepat ketimbang berinvestasi pada inovasi jangka panjang.

“Banyak perusahaan mengejar keuntungan jangka pendek, sehingga lebih memilih menyalin dan meniru daripada melakukan inovasi asli yang benar-benar berangkat dari kebutuhan pengguna. Persaingan tingkat rendah ini membuat produk bersaing terutama dari harga dan spesifikasi, dan pada akhirnya pasar dibanjiri ‘inovasi semu’ yang tidak benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna,” tambahnya.

Masalah lain yang turut memperparah situasi adalah lemahnya perlindungan hak kekayaan intelektual. Penilaian pelanggaran desain eksterior sering kali bersifat subjektif dan banyak kasus berakhir tanpa keputusan tegas. Kondisi ini membuat sebagian produsen semakin berani meniru karena risikonya dianggap kecil.

Sumber: Car News China

Bagikan

Mungkin Kamu Suka