Istanbul (KABARIN) - Paus Leo XIV angkat bicara soal proposal perdamaian 20 poin yang baru saja diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghentikan perang di Gaza. Menurutnya, rencana itu cukup realistis dan mendesak kelompok Hamas agar segera menerimanya sesuai tenggat waktu yang diberikan.
“Kami berharap mereka menerimanya; sejauh ini tampaknya proposal itu realistis,” kata Paus kepada wartawan di luar Villa Barberini sebelum kembali ke Vatikan, Selasa (30/9).
Paus menekankan pentingnya gencatan senjata sekaligus pembebasan para sandera. Ia bilang ada poin-poin yang “sangat menarik” dalam proposal tersebut. Soal armada bantuan yang sedang bergerak menuju Gaza di tengah situasi panas, Paus juga menegaskan betapa krusialnya pengiriman bantuan kemanusiaan secepat mungkin.
“Ada keinginan untuk merespons darurat kemanusiaan yang nyata,” ujarnya. Ia pun berharap tidak ada lagi kekerasan dan semua pihak bisa saling menghormati.
Namun, di balik optimisme itu, Paus juga mengaku resah dengan retorika terbaru Amerika Serikat tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir. Kekhawatiran itu muncul setelah Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengumpulkan para petinggi militer di bawah lembaga yang sekarang berganti nama menjadi Departemen Perang.
“Cara berbicara seperti ini mengkhawatirkan,” ucapnya. Paus menambahkan bahwa ucapan itu mencerminkan meningkatnya ketegangan global.
“Kami berharap ini hanya retorika. Kami berharap rencana ini berhasil, tapi jangan sampai terjadi perang; kita harus bekerja demi perdamaian,” tambahnya lagi.
Sehari sebelumnya, Senin (29/9), Trump memperkenalkan rencana perdamaian 20 poin itu dalam konferensi pers di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Isinya antara lain: pembebasan seluruh sandera Israel dengan imbalan puluhan tahanan Palestina, pelucutan total senjata Hamas, penarikan bertahap pasukan Israel, hingga pembentukan komite teknokratik non-partisan Palestina untuk memimpin Gaza.
Rencana itu juga membuka peluang bagi Palestina menuju penentuan nasib sendiri dan berdirinya negara merdeka. Meski begitu, poin tersebut bukanlah jaminan.
Sejak Oktober 2023, agresi militer Israel telah menewaskan lebih dari 66 ribu warga Palestina di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak. Serangan tanpa henti itu bikin Gaza nyaris tak layak huni, menimbulkan kelaparan massal, dan memicu penyebaran penyakit.
Baca juga: Trump tunggu respons Hamas soal usulan damai Gaza
Sumber: Anadolu