Jakarta (KABARIN) - Industri teknologi kebugaran tengah ramai setelah Strava menuntut Garmin karena diduga melanggar paten terkait dua fitur pelacakan rute olahraga yaitu map segments dan heat maps.
Yang bikin unik, kedua perusahaan sebenarnya sudah lama bekerja sama dalam urusan pelacakan rute dan integrasi platform kebugaran.
Dilaporkan Engadget, Jumat, Strava menuduh Garmin mengembangkan fitur heat maps secara mandiri sehingga melanggar Perjanjian Kerja Sama Induk. Gugatan itu meminta pengadilan melarang Garmin menjual produk apapun yang memiliki fitur tersebut, termasuk perangkat Garmin dan aplikasi Garmin Connect.
Langkah ini mengejutkan karena selama bertahun-tahun kedua perusahaan menjadi pemain utama di sektor teknologi kebugaran dan saling terhubung lewat berbagai integrasi. DC Rainmaker mencatat sejarah paten kedua perusahaan dan menilai peluang Strava menang di pengadilan cukup tipis.
Yang menarik, Strava baru menempuh jalur hukum sekarang meski dugaan pelanggaran disebut sudah berlangsung lama. Situasi makin rumit setelah Matt Salazar, Chief Product Officer Strava, muncul di Reddit menjelaskan latar belakang gugatan ini.
Menurut Salazar, tindakan hukum dilakukan karena Garmin menetapkan pedoman baru untuk mitra API yang mewajibkan logo Garmin muncul di setiap aktivitas, grafik, maupun kartu berbagi. Salazar menilai hal itu berlebihan dan lebih seperti keluhan soal branding daripada masalah keamanan data.
Meski langkah hukum ini terkesan aneh, konsumen yang biasa memakai Garmin maupun Strava diharapkan tetap aman dan tidak terdampak.