Jakarta (KABARIN) - Sejak 1993, Indonesia sudah memiliki tiga hewan istimewa yang ditetapkan sebagai simbol nasional. Hewan-hewan ini menjadi representasi kekayaan alam sekaligus bagian dari identitas bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Ketiganya mewakili satwa yang hidup di darat, air, dan udara, menggambarkan betapa beragamnya ekosistem yang dimiliki Indonesia. Keanekaragaman ini juga mencerminkan kekayaan budaya dan lingkungan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Penetapan ketiga satwa tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional. Adapun satwa yang terpilih adalah komodo sebagai satwa nasional, ikan siluk merah sebagai satwa pesona, dan elang jawa sebagai satwa langka.
1. Melati putih, simbol kesucian bangsa
Melati putih dikenal dengan nama ilmiah Jasminum sambac dan dijadikan puspa bangsa karena melambangkan kesucian dan kemurnian, dua nilai yang erat dengan karakter masyarakat Indonesia. Meski bisa tumbuh hampir di seluruh wilayah Nusantara, bunga ini sebenarnya berasal dari Asia Selatan seperti India, Myanmar, dan Sri Lanka.
Setiap daerah di Indonesia punya sebutan berbeda untuk bunga melati, seperti “Meulu” di Aceh, “Menuh” di Bali, dan “Melur” di tanah Batak. Tanaman ini bisa tumbuh hingga tiga meter, punya daun tunggal dan aroma yang lembut namun khas. Karena maknanya yang dalam, bunga ini sering digunakan dalam upacara adat dan pernikahan tradisional sebagai simbol kemurnian cinta.
Selain tampilannya yang indah, melati putih juga punya banyak manfaat untuk tubuh. Beberapa di antaranya dipercaya membantu menjaga kesehatan kulit, menurunkan berat badan, hingga meredakan stres. Meski rasanya agak pahit, khasiatnya bikin bunga ini banyak diolah menjadi teh herbal.
2. Anggrek bulan, si pesona yang memikat dunia
Anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis disebut puspa pesona karena keindahannya yang menawan. Bunga ini menempel di batang pohon lain tanpa merusaknya, dan pertama kali ditemukan oleh ahli botani asal Belanda, Dr. C.L. Blume. Kini, anggrek bulan bisa ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, bahkan hingga Malaysia dan Filipina.
Bunganya berdiameter besar hingga 10 cm dengan kelopak berwarna putih, ungu, pink, atau kuning. Anggrek bulan punya akar berwarna putih yang menggantung dan menyimpan banyak air, serta mampu bertahan mekar lebih lama dibandingkan jenis anggrek lain. Tanaman ini bisa tumbuh di pegunungan maupun dataran rendah, tapi paling cocok di ketinggian sekitar 50–600 meter di atas permukaan laut.
Anggrek bulan sering dijadikan tanaman hias dan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Di berbagai daerah, bunga ini dikenal dengan nama yang berbeda seperti “anggrek wulan” di Jawa dan Bali, atau “anggrek terbang” di Maluku.
3. Padma raksasa, bunga langka dari hutan tropis
Padma raksasa atau Rafflesia arnoldi menjadi puspa langka karena keunikannya yang luar biasa dan statusnya sebagai bunga parasit terbesar di dunia. Bunga ini pertama kali ditemukan di Bengkulu tahun 1818 oleh Dr. Joseph Arnold dan Thomas Stamford Raffles. Nama ilmiahnya merupakan gabungan dari nama kedua penemunya.
Rafflesia berbeda dari kebanyakan bunga karena tidak memiliki daun, batang, atau akar. Ia tumbuh menempel pada tanaman inang dan bergantung sepenuhnya untuk mendapatkan nutrisi. Aromanya yang menyengat menyerupai bangkai bukan tanpa alasan, karena bau tersebut berguna untuk menarik serangga penyerbuk.
Bunga ini bisa memiliki diameter hingga satu meter dan berat mencapai 11 kilogram. Warnanya merah kecokelatan dengan bintik putih dan lima kelopak besar menyerupai mangkuk. Sayangnya, rafflesia hanya mekar selama lima hingga tujuh hari dalam setahun.
Bunga langka ini hanya bisa ditemukan di hutan hujan Sumatera dan Kalimantan, menjadikannya salah satu kekayaan flora paling unik yang dimiliki Indonesia.
Tiga bunga ini bukan sekadar simbol, tetapi juga pengingat bahwa Indonesia punya kekayaan alam luar biasa yang patut dijaga dan dilestarikan.