Komdigi genjot literasi AI untuk media dan masyarakat Aceh

waktu baca 4 menit

Banda Aceh (KABARIN) - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memberikan edukasi kepada unsur masyarakat dan media di Aceh terkait dampak, etika, peluang serta tantangan dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

"Kita ingin mendorong lahirnya media dan masyarakat yang lebih siap, adaptif, serta berdaya menghadapi era kecerdasan artifisial," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Komunikasi dan Media Kementerian Komdigi, Very Radian Wicaksono, di Aceh Besar, Kamis.

Edukasi atau pemberian pemahaman terkait kecerdasan buatan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Insight Talks, "Literasi Cerdas di Era Kecerdasan Artifisial", bekerjasama dengan Dewan Pers, di Aceh Besar. Kegiatan ini diikuti oleh unsur media lokal, komunitas, pers mahasiswa dan masyarakat umum.

Very menyampaikan, insight talks ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga wadah peningkatan keterampilan dan kapasitas media, agar dapat menyajikan informasi yang akurat, relevan, serta mudah dipahami publik.

Adapun fokus pembahasan kali ini mencakup dampak AI terhadap kehidupan masyarakat, etika penggunaannya, serta peluang dan tantangan di tengah pemahaman digital yang masih perlu ditingkatkan kepada masyarakat.

Dirinya menjelaskan, semua orang hari ini hidup di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Masyarakat Indonesia semakin akrab berinteraksi kecerdasan artifisial, khususnya dalam bentuk generative AI, yaitu teknologi yang mampu menghasilkan teks, gambar, suara, bahkan video.

"Teknologi ini tentu membawa banyak kemudahan, namun juga menghadirkan tantangan besar. AI membuka peluang bagi inovasi dan efisiensi," ujarnya.

Disisi lain, kata Very, semua pihak hari ini dituntut lebih bijak dan kritis dalam menggunakan serta memahami dampak kecerdasan buatan. Karena itu, literasi AI menjadi hal yang sangat penting, bukan hanya soal kemampuan menggunakan teknologi,.melainkan bagaimana kecanggihan ini mempengaruhi pola pikir, pengambilan keputusan, dan interaksi sosial.

Indonesia, lanjut dia, termasuk salah satu negara paling optimis dalam menghadapi perkembangan kecerdasan artifisial. Optimisme ini tercermin dari tingginya tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru, serta komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, aman, dan beretika.

"Optimisme tersebut menjadi modal besar bagi kita untuk tidak sekedar menjadi pengguna, tetapi juga pelaku dan pengembang teknologi AI di masa depan," katanya.

Sebagai wujud keseriusan, tambah dia, pemerintah tengah menyiapkan dua Peraturan Presiden (Perpres) tentang AI, yaitu peta jalan nasional pengembangan AI dan etika AI.

Kedua regulasi tersebut akan menjadi dasar bagi tata kelola kecerdasan artifisial yang etis, aman, dan berdaulat, sehingga pemanfaatan teknologi AI di Indonesia dapat berjalan searah dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kepentingan nasional.

Dirinya menegaskan, kegiatan Insight Talks hari ini telah mendukung edukasi literasi digital sejak usia dini, agar generasi muda tumbuh sebagai pengguna teknologi yang cerdas dan bertanggung jawab.

Kemudian, menciptakan ruang digital yang sehat dan aman, di mana masyarakat dapat berinteraksi dan berkreasi tanpa terpapar hoaks atau konten negatif. Membangun ketahanan masyarakat terhadap disinformasi, dengan menumbuhkan budaya berpikir kritis, sikap skeptis sehat dan kemampuan memverifikasi informasi secara mandiri.

"Kehadiran peserta dari berbagai latar belakang ini menunjukkan semangat kolaborasi dan keinginan kuat untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi," ujarnya.

Very menambahkan, forum ini juga menghadirkan segmen implementasi penggunaan AI, yang dirancang untuk membantu peserta mengeksplorasi lebih jauh pemanfaatan teknologi ini.

Apalagi, peserta diajak langsung mempraktikkan pembuatan konten berbasis AI dengan menitikberatkan pada isu program pemerintah, khususnya Sekolah Rakyat.

Program itu, hadir bukan sekadar wacana kebijakan, melainkan bukti nyata keberpihakan pemerintah pada masyarakat. Maka, disinilah peran media menjadi krusial dalam menghadirkan informasi mengenai program tersebut dengan bahasa sederhana, visualisasi menarik, dan narasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

"Dengan begitu, publik tidak hanya mengetahui, tetapi juga memahami, merasakan manfaat, bahkan ikut memiliki program tersebut. Semoga Insight Talks hari ini menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam membangun masyarakat digital cerdas, kritis, dan beretika di era kecerdasan artifisial," demikian Very Radian Wicaksono.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka