Penampakan bayi dugong pertama kali di Pantai Mali, NTT

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Kabar gembira datang dari Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT)! Untuk pertama kalinya, seekor bayi dugong (Dugong dugon) berhasil terlihat di perairan Pantai Mali, yang menjadi rumah bagi dugong jantan legendaris bernama Mawar. Penampakan langka ini berhasil direkam oleh anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, dan langsung bikin heboh warga setempat maupun para pecinta laut.

Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La’a, mengatakan kalau bayi dugong itu terlihat berenang dan bermain bareng Mawar serta dugong betina bernama Melati.

“Kemarin anggota forum berhasil mendokumentasikan kemunculan ketiga ekor dugong tersebut bermain di dekat kapal. Jadi kami ingin pastikan lamunnya cukup untuk tiga ekor dugong, Mawar itu kan selalu berada di wilayah ini karena makanannya melimpah. Kalau perlu dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu,” katanya.

Kabar ini langsung disambut bahagia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, Sarmintohadi, menyebut kemunculan bayi dugong tersebut sebagai bukti nyata keberhasilan upaya menjaga ekosistem laut di Alor.

“Adanya dua individu baru dugong di Alor adalah bukti nyata bahwa upaya menjaga ekosistem laut, khususnya padang lamun, membuahkan hasil. KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa kehadiran bayi dugong ini menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di Alor, sekaligus menunjukkan bahwa kerja sama antara warga dan lembaga pelestarian laut benar-benar berdampak nyata.

Dukungan juga datang dari WWF-Indonesia. Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi dan Terancam Punah, Ranny R Yuneni, menilai kemunculan dua dugong baru selain Mawar menandakan bahwa padang lamun di Pantai Mali masih sangat sehat dan kaya nutrisi.

“Kehadiran dua individu dugong lain selain Mawar membuktikan bahwa ekosistem lamun di Pantai Mali memiliki kualitas ekologis yang mampu menyediakan ruang hidup dan sumber pakan bagi dugong,” katanya.

Sebagai tindak lanjut, WWF-Indonesia bersama pemerintah dan masyarakat akan menggelar survei mamalia laut di Alor tahun ini, untuk memantau populasi dugong, lumba-lumba, dan paus.

“Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi padang lamun sebagai habitat utamanya,” tambah Ranny.

Perlu diketahui, dugong termasuk satwa laut yang masuk kategori rentan (vulnerable) di daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), sehingga keberadaannya sangat penting untuk dilindungi.

WWF-Indonesia bersama UPTD Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan DKP Provinsi NTT telah lama melakukan konservasi lamun di kawasan ini. Berdasarkan survei pada 2024, padang lamun di Pantai Mali memiliki tutupan 73–76 persen, tergolong kategori sehat dan padat.

Namun, Ranny juga mengingatkan bahwa meningkatnya aktivitas wisata di Pantai Mali harus dibarengi dengan kode etik wisata dugong. Hal ini penting agar para wisatawan tidak mengganggu perilaku alami hewan laut yang lembut ini.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka