ketidakpastian kebijakan The Fed bikin Rupiah melemah lagi

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada penutupan perdagangan Selasa (14/10), seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang belum jelas.

Menurut Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Taufan Dimas Hareva, pelemahan rupiah ini tak lepas dari dinamika global yang masih penuh tanda tanya.

“Meski sebagian pelaku pasar mulai memperkirakan kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada awal tahun depan, data ekonomi AS yang relatif kuat serta penguatan indeks dolar membuat permintaan terhadap aset dolar kembali meningkat,” kata Taufan kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Pada perdagangan sore, rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp16.603 per dolar AS, dibandingkan sehari sebelumnya di Rp16.573 per dolar AS.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru sedikit menguat ke level Rp16.577 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.580 per dolar AS.

Taufan menjelaskan, tekanan terhadap rupiah juga datang dari sejumlah isu global lain, termasuk kekhawatiran perang tarif baru antara AS dan China, serta kebuntuan anggaran di Washington yang berpotensi memicu government shutdown. Kondisi ini membuat investor mencari aset aman (safe haven) seperti dolar AS dan emas.

“Pelemahan rupiah terjadi di tengah kombinasi sentimen global yang cenderung menahan minat risiko investor,” ujarnya.

Ia menambahkan, secara keseluruhan, pelemahan rupiah kali ini lebih dipengaruhi oleh sentimen global yang bersifat risk-off. Harapan pasar terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan eksternal.

“Ke depan, arah pergerakan rupiah diperkirakan masih akan ditentukan oleh dinamika data ekonomi AS, perkembangan geopolitik global, serta ekspektasi terhadap langkah The Fed dalam beberapa bulan mendatang,” tutup Taufan.

Dengan kata lain, selama bank sentral AS belum memberi kepastian soal arah kebijakan bunganya, rupiah tampaknya masih harus siap menghadapi tekanan dari kuatnya dolar di pasar global.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka