Jakarta (KABARIN) - Kesehatan gigi masih jadi isu yang kerap terabaikan di banyak keluarga Indonesia. Berdasarkan catatan praktik klinis sepanjang 2025, dokter gigi lulusan Universitas Indonesia drg. Yulita Bong mengungkap ada tiga masalah gigi yang paling sering ditemui pada pasien dari berbagai usia.
Menurut Yulita, sebagian besar pasien baru datang ke dokter gigi saat rasa sakit atau keluhan sudah muncul. Padahal, perawatan sejak dini dan pemeriksaan rutin justru bisa mencegah masalah yang lebih serius. Ia menilai salah satu kendala yang membuat orang enggan ke dokter gigi adalah soal biaya yang dianggap tidak pasti.
"Saat ini masih banyak pasien baru datang setelah muncul keluhan, padahal perawatan preventif dan rutin berperan penting dalam mencegah kondisi yang lebih berat. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap biaya yang tidak terprediksi masih menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat," kata Yulita.
Yulita yang juga menjabat sebagai CEO Audy Dental menyebut tiga masalah utama tersebut meliputi susunan gigi yang tidak rapi atau maloklusi, gigi berlubang yang dialami anak hingga orang dewasa, serta rendahnya kebiasaan merawat gigi secara rutin dan preventif.
Ia menjelaskan, kondisi ini menunjukkan bahwa banyak orang masih menunda perawatan gigi sampai benar-benar terasa sakit. Temuan tersebut juga sejalan dengan Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang mencatat lebih dari setengah penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut, namun hanya sebagian kecil yang benar-benar mencari pengobatan.
Organisasi Kesehatan Dunia juga menyoroti faktor biaya sebagai salah satu alasan utama orang enggan memeriksakan gigi. Yulita menambahkan bahwa dibandingkan tahun sebelumnya, kasus susunan gigi tidak rapi meningkat lebih dari 25 persen, sementara kasus gigi berlubang naik sekitar 10 persen.
“Jika dibandingkan dengan 2024, kami juga mencatat peningkatan lebih dari 25 persen pada kasus ketidakharmonisan susunan gigi serta sekitar 10 persen pada kasus gigi berlubang," katanya.
Untuk mendorong perubahan pola pikir masyarakat, Yulita menilai perlu ada pendekatan yang membuat perawatan gigi terasa lebih mudah dan nyaman. Salah satunya lewat layanan klinik gigi terpadu dengan sistem transparan dan pengalaman perawatan yang ramah pasien.
Sementara itu, dokter spesialis kedokteran gigi anak lulusan Universitas Indonesia drg. Eka Sabaty Shofiyah menekankan pentingnya perawatan gigi sejak usia dini. Menurutnya, kondisi gigi susu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan gigi permanen dan struktur rahang anak di kemudian hari.
"Jika dibiarkan, masalah gigi sejak kecil tidak hanya berisiko menimbulkan infeksi dan nyeri, tetapi juga berdampak pada rasa percaya diri anak saat tumbuh besar,” kata Eka.
Eka menegaskan bahwa menjaga kesehatan gigi bukan hanya urusan anak-anak. Orang dewasa juga perlu rutin merawat gigi karena kesehatan mulut berhubungan erat dengan kondisi tubuh secara keseluruhan dan rasa percaya diri.
Masalah gigi yang dibiarkan bisa memengaruhi cara makan, berbicara, hingga bersosialisasi. Sebaliknya, gigi yang sehat dan terawat dapat menunjang kualitas hidup di berbagai tahap usia.
"Karena itu, perawatan gigi rutin seperti scaling, topical fluoride, fissure sealant menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah gigi berlubang sebagai investasi bagi kesehatan dan kualitas hidup jangka panjang," ujarnya.
Editor: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Copyright © KABARIN 2025