Jakarta (KABARIN) - Tim para angkat berat Indonesia menutup penampilan mereka di World Para Powerlifting Championship 2025 di Kairo, Mesir, tanpa medali meski banyak atlet yang berhasil memecahkan rekor pribadi.
“Dari World Champ ini kita banyak belajar. Kita pulang ke Indonesia untuk berlatih lebih keras lagi agar bisa bersaing dengan atlet-atlet elite lainnya,” ujar Ni Nengah Widiasih, salah satu atlet andalan Indonesia.
Meski gagal naik podium, tim para angkat berat tetap membawa pulang pengalaman berharga untuk persiapan kualifikasi Paralimpiade Los Angeles 2028. Sejumlah atlet menunjukkan progres positif di tengah persaingan ketat yang diikuti 522 atlet dari 71 negara.
“Kita masih punya waktu tiga tahun untuk mengikuti kualifikasi-kualifikasi menuju Paralimpiade Los Angeles 2028," tambah Widi, sapaan akrab Ni Nengah Widiasih.
Widi turun di kelas 45 kilogram putri dan menempati peringkat delapan secara keseluruhan serta ketiga di Asia. Dalam tiga kesempatan, ia berhasil mengangkat 97 kilogram, 99 kilogram, dan 101 kilogram, sama seperti catatan angkatannya di Paralimpiade Paris 2024.
Ia menilai kejuaraan kali ini penuh kejutan karena banyak atlet pindah kelas sehingga persaingan jadi lebih sengit. “Ada banyak banget perubahan atlet, dari kelas 41 kilogram naik ke 45 kilogram dan sebaliknya. Tidak bisa saya prediksi bahwa persaingannya lebih ketat dibandingkan Paralimpiade 2024,” katanya.
Meski bertanding dengan cedera bahu yang belum pulih sepenuhnya, Widi bersyukur bisa mengulang rekor terbaiknya di angka 101 kilogram dan bertekad segera memulihkan diri untuk tampil lebih maksimal. “Sepulang dari Mesir saya harus berlatih lebih keras lagi sembari fokus penyembuhan cedera bahu agar tahun depan bisa lebih maksimal lagi,” ungkapnya.
Selain Widi, atlet lain seperti Muhammad Mabruk Arib Dzaky, Sriyanti, dan Siti Mahmudah juga mencatat peningkatan performa namun belum cukup untuk merebut medali.
