Ponorogo, Jawa Timur (KABARIN) - Kabar membanggakan datang dari Jawa Timur. Kabupaten Ponorogo akhirnya resmi bergabung dalam UNESCO Creative Cities Network (UCCN), tepatnya dalam kategori Crafts and Folk Art atau Kriya dan Seni Rakyat. Gelar ini menempatkan Ponorogo sejajar dengan ratusan kota kreatif dunia yang punya ekosistem budaya kuat dan berkelanjutan.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko—akrab disapa Kang Giri—menyebut pencapaian ini bukan hanya keberhasilan pemerintah daerah, tapi buah kerja keras seluruh masyarakat Ponorogo yang selama ini menjaga budaya dan tradisi leluhur dengan sepenuh hati.
“Ini kemenangan seluruh masyarakat Ponorogo,” ujar Kang Giri penuh bangga. “Pengakuan ini membuktikan bahwa budaya kami tidak hanya hidup, tapi juga mampu menjadi penggerak ekonomi dan kreativitas.”
Selama ini, Ponorogo dikenal sebagai "Bumi Reog"—rumah bagi kesenian Reog Ponorogo yang melegenda. Lebih dari sekadar pertunjukan, Reog tumbuh menjadi ekosistem kreatif yang utuh: dari pengrajin dadak merak, pembuat topeng Bujangganong, penjahit kostum, hingga para pengrawit gamelan yang mengiringi setiap pertunjukan.
Kini, gelar Kota Kreatif UNESCO menambah daftar prestasi Ponorogo. Sebelumnya, Reog Ponorogo juga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Dua pengakuan internasional sekaligus—prestasi yang tidak dimiliki banyak daerah di Indonesia.
Dengan masuknya Ponorogo dalam jaringan kota kreatif dunia, peluang baru terbuka lebar. Kolaborasi internasional, pertukaran budaya, hingga dorongan bagi pelaku ekonomi kreatif lokal disebut menjadi momentum besar bagi Ponorogo untuk semakin mendunia.
Karena bagi masyarakat Ponorogo, Reog bukan hanya tarian. Ia adalah identitas, napas kehidupan, dan semangat untuk terus berkarya tanpa melupakan akar budaya.