Yang pasti, saya merasa pemain menganggap pertandingan besok menurut kami adalah pertandingan yang cukup besar buat kami
Doha (KABARIN) - Timnas Indonesia U17 akan bermain melawan Brasil pada pertandingan kedua Grup G Piala Dunia U17 2025, di Aspire Academy, Doha, Qatar, Jumat malam waktu setempat.
Pasukan Nova Arianto memulai perjalanannya di Piala Dunia U17 2025 dengan hasil pahit, setelah menelan kekalahan 1-3 dari Zambia pada Selasa (4/11). Situasi yang berbanding terbalik dengan Brasil, yang menang besar 7-0 atas Honduras pada laga pertama mereka.
Pelatih Indonesia U17, Nova Arianto, memahami benar kualitas timnas Brasil U17. Namun ia sama sekali tidak mau pasukannya gentar sebelum bertanding.
"Yang pasti, saya merasa pemain menganggap pertandingan besok menurut kami adalah pertandingan yang cukup besar buat kami," tutur Nova saat ditemui di lapangan latihan Al Thumama, Doha, Kamis.
“Tapi saya minta pemain jangan pernah terlalu respek dengan Brasil, karena seperti yang saya bicara di pertandingan sebelumnya, kita tidak pernah tahu ya apa yang jadi besok," lanjutnya.
Ancaman dari semua lini
Berkaca pada pertandingan melawan Honduras, pasukan Carlos Patetuci terlihat begitu berbahaya di semua lini. Tercatat mereka mendapatkan gol-gol dari sepakan di dalam kotak penalti, kecerobohan pemain bertahan Honduras, sepakan dari luar kotak penalti, sepakan voli, kemelut di depan kotak penalti, dan kerja sama apik.
Brasil pun bahkan terlihat tidak mengandalkan hanya satu penyerang untuk mencetak gol. Dari tujuh gol yang bersarang ke gawang Honduras, hanya Wendeson Wanderley yang menyumbang dua gol, sisanya dibagi rata ke lima pemain lainnya yakni Ruan Pablo, Felipe Morais, Vitor Hugo, Angelo, dan Gabriel Mec.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa para pemain Indonesia tidak boleh memberi ruang tembak sedikit pun bagi para pemain Brasil, terutama di dalam dan di dekat kotak penalti. Sebab pasukan Samba dapat memaksimalkan ruang tembak seminimal mungkin.
Opsi bermain bertahan
Dengan melihat kualitas pemain-pemain lawan, sangat mungkin Pelatih Nova Arianto memainkan gaya bermain yang lebih bertahan dibanding saat melawan Zambia. Cara bermain bertahan sama sekali bukan merupakan pendekatan yang salah, namun lebih kepada adaptasi terhadap cara bermain lawan.
Bermain bertahan bukan berarti menjadikan semua tanggung jawab pertahanan kepada para pemain di lini belakang. Organisasi pertahanan bisa dimulai dengan meminta para pemain menyerang sudah mulai menekan atau memberikan pressure kepada pemain Brasil, sehingga membuat mereka tidak nyaman saat menguasai bola.
Kompaksi (compactness) para pemain Indonesia juga harus dipelihara selama 2 x 45 menit. Tidak boleh ada ruang terbuka yang terlalu banyak bagi para pemain Brasil sehingga mereka dapat mengirimkan umpan berbahaya atau melakukan tembakan.
Dengan rapat dan tebalnya lini pertahanan, diharapkan Indonesia bisa mencuri peluang melalui serangan balik cepat. Situasi itu secara matematis sangat mungkin dilakukan, terutama jika para pemain Brasil keasyikan menguasai bola dan sedikit lengah di lini belakangnya.
Namun semua pendekatan dan taktik yang diterapkan Pelatih Nova Arianto tidak akan berjalan jika para pemain memiliki kecemasan atau demam panggung saat meladeni Brasil. Sehingga salah satu tugas berat yang juga dipikul Nova dan tim kepelatihan adalah menjaga moral Evandra Florasta dan kawan-kawan untuk selalu siap tempur pada laga melawan Brasil, dan nantinya, laga terakhir fase grup menghadapi Honduras.