Apa itu "swag gap" yang ramai diperbincangkan? Ini artinya

waktu baca 3 menit

Jakarta (KABARIN) - Perdebatan soal pasangan kini tak lagi melulu tentang selisih usia. Di media sosial, perhatian justru bergeser ke perbedaan gaya yang dianggap terlalu kontras antara dua orang yang menjalin hubungan. Fenomena ini ramai disebut sebagai swag gap.

Istilah swag gap awalnya muncul sebagai candaan di TikTok. Lama kelamaan, maknanya berkembang dan tak cuma merujuk pada selera busana. Swag gap kini dipakai untuk menggambarkan jarak dalam kepercayaan diri, citra diri, popularitas, hingga aura yang dipancarkan masing masing pasangan.

Kondisi ini membuat satu pihak terlihat jauh lebih menonjol dibanding pasangannya saat tampil di ruang publik. Misalnya satu orang tampil super stylish dan penuh percaya diri, sementara yang lain terkesan sederhana atau cuek soal penampilan. Dari sinilah muncul anggapan bahwa keduanya tampak tidak seimbang.

Fenomena ini kemudian memicu perdebatan di media sosial. Ada yang menilai hubungan dengan swag gap besar tetap bisa berjalan normal. Namun tidak sedikit pula yang percaya perbedaan tersebut berpotensi menciptakan jarak emosional hingga berujung konflik.

Sebagian netizen justru menganggap swag gap sebagai sesuatu yang menarik dan unik. Situasinya sering disamakan dengan kisah klise film remaja ketika sosok kutu buku jatuh cinta dengan figur populer penuh gaya.

Beberapa pasangan selebritas dunia pun kerap dijadikan contoh swag gap oleh warganet. Justin Bieber dan Hailey Bieber sering disorot karena gaya mereka yang kontras saat tampil bersama di acara publik. Hal serupa juga dilekatkan pada pasangan Selena Gomez dan Benny Blanco, serta Timothée Chalamet dan Kylie Jenner.

Di balik perbincangan tersebut, sejumlah pakar hubungan mengingatkan bahwa perbedaan gaya bisa berdampak lebih dalam jika tidak disikapi dengan sehat. Psikolog hubungan Anjula Mutanda menilai masalah muncul ketika satu pihak merasa lebih unggul karena penampilan.

“Pasangan Anda mungkin sudah berusaha keras, tetapi dalam benak Anda, usaha itu masih belum memenuhi standar tinggi yang Anda miliki," ucapnya kepada BBC.

Pandangan serupa disampaikan pelatih kencan Vicki Pavitt. Menurutnya, konflik bisa muncul karena setiap orang ingin merasa percaya diri dan bangga saat berdiri di samping pasangannya. Jika salah satu terlihat tidak berusaha, hal itu bisa ditafsirkan sebagai kurangnya penghargaan terhadap hubungan.

Meski begitu, Pavitt menekankan bahwa perbedaan tersebut belum tentu bermakna negatif. Bisa jadi salah satu pasangan memang tidak menaruh perhatian besar pada fesyen, meski memiliki niat baik dan rasa sayang yang tulus.

Sementara itu, pakar hubungan Aanchal Gupta melihat swag gap sebagai isu yang sering dibesar besarkan. Ia menilai gaya personal bukanlah fondasi utama sebuah hubungan.

"Ada hal-hal yang jauh lebih penting yang membuat sebuah hubungan berhasil, kepercayaan, komunikasi, kedewasaan, dan nilai-nilai yang sama. Gaya setiap orang hanya lah ekspresi dari siapa mereka, dan itu harus diterima," ungkap Aanchal Gupta.

Pada akhirnya, swag gap bukan sesuatu yang mutlak dan tidak bisa berubah. Kepercayaan diri dan citra diri seseorang bisa berkembang seiring waktu. Banyak figur publik yang awalnya terlihat biasa saja, lalu tampil semakin kuat auranya setelah menemukan kenyamanan dengan diri sendiri dan pasangannya.

Fenomena swag gap pun menjadi pengingat bahwa di era serba visual, keren bukan hanya soal pakaian, tetapi juga tentang bagaimana seseorang membawa diri dan hadir dengan percaya diri di hadapan publik.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka