Jakarta (KABARIN) - Nilai tukar rupiah membuka perdagangan Senin (22/9) di Jakarta dengan melemah tipis. Rupiah tercatat turun 33 poin atau sekitar 0,20 persen, sehingga berada di level Rp16.634 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah sempat ditutup di posisi Rp16.601 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Pelemahan rupiah ini salah satunya dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS yang masih kuat di pasar global. Sentimen positif terhadap ekonomi Amerika Serikat membuat investor lebih banyak menaruh modal di aset dolar, sehingga permintaan terhadap mata uang tersebut meningkat.
Selain itu, faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, juga berpengaruh besar. Ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama mendorong dolar AS tetap perkasa, sementara mata uang negara berkembang termasuk rupiah jadi ikut tertekan.
Dari dalam negeri, pelaku pasar juga mencermati data ekonomi Indonesia yang akan rilis dalam waktu dekat, seperti inflasi dan neraca perdagangan. Jika hasilnya di bawah ekspektasi, hal ini bisa menambah tekanan terhadap rupiah. Namun, dukungan dari cadangan devisa dan aliran investasi asing masih bisa jadi penopang stabilitas mata uang domestik.
Secara keseluruhan, meski rupiah mengalami pelemahan di awal pekan, kondisi ini masih relatif terkendali. Investor dan pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan global, terutama arah kebijakan The Fed dan harga komoditas, yang biasanya punya pengaruh besar terhadap rupiah ke depan.