Markas PBB, New York (KABARIN) - Situasi di Gaza hingga kini belum juga mereda. Meski ada proposal perdamaian yang sedang dipertimbangkan, pertempuran masih terus berlanjut dan menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Serangan udara Israel dilaporkan terus menewaskan banyak korban, sementara roket-roket dari Palestina masih diarahkan ke wilayah Israel. Kondisi ini disampaikan oleh badan-badan kemanusiaan PBB pada Rabu sebagai gambaran terbaru konflik di lapangan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan atau OCHA menyebut ada korban tewas dan luka dalam serangan terbaru di Gaza. Di sisi lain, sirene peringatan juga terdengar di komunitas Israel yang dekat dengan wilayah konflik. Sejak perang pecah pada Oktober 2023, otoritas kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban jiwa sudah lebih dari 66 ribu orang.
"OCHA sekali lagi menekankan bahwa warga sipil tidak boleh menjadi target. Di bawah hukum humaniter internasional, mereka harus dilindungi," kata lembaga itu.
Kondisi di Gaza makin parah karena kelaparan. Otoritas kesehatan mencatat ada 177 orang meninggal akibat gizi buruk, termasuk 36 anak, sejak bencana kelaparan diumumkan pada Agustus lalu. Dana Kependudukan PBB menambahkan lebih dari 60 persen perempuan hamil dan ibu baru juga mengalami kekurangan gizi.
UNICEF ikut memperingatkan bahwa anak-anak pengungsi hidup dalam ketakutan, dikepung pengeboman, tembakan, dan minim makanan serta air. OCHA menggambarkan keluarga-keluarga di Gaza selatan harus berdesakan di tenda darurat di tepi pantai. Menjelang musim dingin, tenda-tenda itu terancam banjir. Bahkan pada Agustus lalu, beberapa keluarga sudah terdampak naiknya air laut.
Meski situasi berat, tim kemanusiaan tetap berusaha maksimal. Mereka berhasil menyalurkan vaksin dan pasokan nutrisi lewat perbatasan Kerem Shalom atau Karem Abu Salem, serta memasang panel surya di Deir al-Balah. Tenda, terpal, dan seprai memang sudah masuk, tapi ratusan ribu orang masih butuh tempat tinggal layak.