Israel hentikan sementara bombardir di Gaza, setujui penarikan pasukan

waktu baca 2 menit
Washington (KABARIN) -

Dalam perkembangan terbaru yang penuh harapan di tengah konflik berkepanjangan di Timur Tengah, Israel telah menghentikan sementara bombardir di Jalur Gaza.

Langkah ini ditujukan untuk memberi ruang bagi proses pembebasan sandera serta penyelesaian "kesepakatan damai 20 poin" yang difasilitasi oleh Amerika Serikat. Pernyataan ini datang langsung dari Presiden AS Donald Trump, yang mengajak semua pihak bergerak cepat agar perdamaian segera terwujud.

Trump menjelaskan, Israel telah menyetujui penarikan awal pasukan setelah negosiasi intensif berlangsung, dan langkah tersebut sudah dikomunikasikan kepada Hamas. Setelah konfirmasi dari Hamas, gencatan senjata resmi akan mulai berlaku, diikuti dengan pertukaran sandera dan tahanan serta penciptaan kondisi kondusif untuk penarikan pasukan tahap selanjutnya.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan optimisme tinggi bahwa pembebasan seluruh sandera dari Gaza bisa diumumkan dalam beberapa hari mendatang. Proses negosiasi tidak langsung dengan Hamas yang berlanjut di Mesir menjadi fokus utama untuk menyempurnakan rencana tersebut, dengan harapan mengejar penyelesaian dalam waktu singkat.

Rencana damai 20 poin ini meliputi gencatan senjata yang disepakati sebagai balasan atas pembebasan sandera, penarikan bertahap pasukan Israel, serta upaya demiliterisasi wilayah Gaza. Selain itu, ada pengawasan internasional terhadap rekonstruksi dan tata kelola pasca konflik. Hamas sendiri akan dikeluarkan dari struktur pemerintahan sementara demi memastikan stabilitas masa depan kawasan tersebut.

Dalam kesepakatan, Israel akan mundur ke garis-garis yang telah disetujui, sementara Hamas wajib membebaskan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, dalam waktu 72 jam setelah Israel menerima kesepakatan itu secara terbuka. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 250 tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup serta 1.700 warga Gaza yang ditahan pasca-konflik pada Oktober 2023. Mereka anggota Hamas yang bersedia menyerahkan senjata dan hidup berdampingan secara damai akan mendapat amnesti, sementara mereka yang memilih meninggalkan Gaza akan diberikan akses aman ke negara-negara yang menerima.

Kabar ini disambut hangat oleh masyarakat internasional sebagai tanda positif menuju perdamaian, meringankan beban warga sipil yang selama ini menjadi korban konflik. Kesepakatan ini bukan sekadar penghentian pertempuran, tapi juga peluang membangun masa depan baru bagi Gaza yang damai dan sejahtera.

Momen penting kini berada di tangan negosiator yang akan bertemu di Mesir tanggal 6 Oktober 2025, dengan harapan harapan untuk perdamaian menyelimuti kawasan yang selama ini dilanda ketegangan panjang.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka