Jakarta (KABARIN) - Jepang sedang bersiap mencatat sejarah baru dengan hadirnya perdana menteri perempuan pertama. Sanae Takaichi, politikus konservatif dari Partai Demokrat Liberal (LDP), resmi terpilih sebagai pemimpin baru partai berkuasa setelah menang dalam pemilihan internal pada Sabtu 4 Oktober.
Takaichi lahir di Nara pada 7 Maret 1961. Sebelum masuk dunia politik, ia sempat bekerja sebagai penulis, penyiar, dan asisten legislatif. Karier politiknya dimulai pada 1993 saat terpilih menjadi anggota parlemen untuk pertama kalinya. Kini, ia sudah sembilan kali dipercaya duduk di Majelis Rendah.
Kemenangan Takaichi cukup mengejutkan karena banyak yang semula menjagokan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi. Namun, ia berhasil membalikkan prediksi dan menang dengan selisih 29 suara. Ia akan melanjutkan sisa masa jabatan tiga tahun dari Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang mundur setelah koalisinya kalah dalam pemilihan Majelis Tinggi.
Jika resmi dilantik, Takaichi akan menjadi perdana menteri ke-104 Jepang dan perempuan pertama yang menempati posisi tersebut. Namun, tantangan menantinya karena mitra koalisi LDP, Komeito, lebih condong mendukung pemimpin yang moderat.
Takaichi dikenal sebagai murid politik Shinzo Abe, mantan perdana menteri yang tewas pada 2022. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi di kabinet Abe pada 2019 hingga 2020. Pandangannya yang keras dan nasionalis membuat publik penasaran seperti apa arah kebijakan Jepang di bawah kepemimpinannya nanti.
Pakar Jepang Tobias Harris menilai Takaichi berambisi memperkuat sistem keamanan nasional agar siap menghadapi berbagai ancaman, mulai dari isu militer, ekonomi, pangan, hingga lonjakan wisatawan asing. Ia juga dikenal lantang membela kepentingan Jepang dalam hubungan dagang dengan Amerika Serikat dan tak segan meninjau ulang perjanjian investasi jika dianggap merugikan negaranya.
Selain itu, Takaichi adalah anggota Nippon Kaigi, kelompok konservatif besar di Jepang yang mendorong perubahan konstitusi agar Jepang bisa lebih aktif di bidang pertahanan. Namun, keanggotaannya itu juga sering menuai kritik karena dianggap terlalu nasionalis.
Nama Takaichi juga beberapa kali jadi sorotan karena kunjungannya ke Kuil Yasukuni, tempat yang dianggap sensitif secara diplomatik oleh Korea Selatan dan China. Kuil itu dibangun untuk menghormati tentara Jepang yang gugur, termasuk 14 penjahat perang dari Perang Dunia II.
Dalam pidato kemenangannya, Takaichi menegaskan tekad untuk bekerja keras demi membangun kembali LDP dan Jepang. Ia bahkan berpesan kepada seluruh anggota partai agar bekerja tanpa lelah. “Semua harus bekerja seperti kuda. Saya akan menyingkirkan konsep keseimbangan kerja dan kehidupan. Bekerja, bekerja, bekerja — itulah yang akan saya lakukan,” ujarnya.
Meski belum ada jadwal resmi pelantikan, kemenangan Sanae Takaichi menandai babak baru dalam sejarah politik Jepang dan membuka jalan bagi perubahan besar di negeri sakura.