Pesantren tidak hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat dan benteng moral bangsa. Karena itu, sudah sepatutnya pesantren mendapatkan perhatian dan dukungan yang proporsional dari pemerintah
Jakarta (KABARIN) - Anggota Komisi VIII DPR RI Atalia Praratya menunjukkan komitmennya untuk terus mendukung kemajuan dan kesetaraan pesantren saat bersilaturahmi dengan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bandung K.H. Ahmad Haedar pada 15 Oktober.
Dalam pertemuan itu, Atalia menekankan pentingnya penguatan pendanaan bagi pesantren melalui alokasi 20 persen anggaran pendidikan nasional agar lembaga pendidikan keagamaan bisa mendapat dukungan negara secara lebih adil.
“Pesantren tidak hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat dan benteng moral bangsa. Karena itu, sudah sepatutnya pesantren mendapatkan perhatian dan dukungan yang proporsional dari pemerintah,” ujar Atalia di Jakarta.
Ia menilai keberpihakan terhadap pesantren tidak hanya berkaitan dengan pendidikan, tetapi juga menyentuh penguatan karakter kebangsaan, pemberdayaan ekonomi umat, dan pengembangan sumber daya manusia unggul yang berlandaskan nilai Islam dan Pancasila.
Bagi Atalia, pesantren merupakan bagian penting dari jantung peradaban bangsa. “Dari pesantren-lah lahir ulama, pemimpin, dan tokoh-tokoh yang menjaga moralitas publik. Kita ingin memastikan pesantren tidak tertinggal dalam arus modernisasi, tetapi justru menjadi pusat inovasi dan kemajuan yang berlandaskan nilai keislaman,” katanya.
Melalui silaturahmi tersebut, Atalia berharap terbangun komunikasi yang kuat antara wakil rakyat, ulama, dan masyarakat pesantren agar setiap kebijakan di bidang pendidikan dan sosial bisa berpihak pada kepentingan umat.
“Silaturahmi seperti ini tidak hanya soal bertemu, tetapi juga membangun kepercayaan, menyatukan visi, dan memperkuat kolaborasi untuk Indonesia yang lebih berkarakter dan berkeadaban,” ucapnya.
Ketua PCNU Kota Bandung K.H. Ahmad Haedar menyambut baik kunjungan itu dan mengapresiasi perhatian Atalia yang konsisten terhadap dunia pesantren. Ia menyebut Atalia bukan sosok baru di kalangan pesantren.
“Kalau dilihat sejarahnya, ibu Atalia sangat concern dan perhatian dengan pesantren, sejak beliau menjadi ibu wali kota dan ibu gubernur. Apresiasi dan perhatian beliau sangat luar biasa dalam kerja sama dengan pondok pesantren,” tutur Ahmad.
Ia juga mengingatkan bahwa pada 2023, Atalia turut berperan dalam memperjuangkan KH. Abdul Chalim asal Majalengka, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional. “Itu artinya salah satu sikap kecintaan beliau kepada kiai,” lanjutnya.
Terkait beredarnya informasi yang menyinggung pernyataan Atalia tentang pesantren, Ahmad Haedar mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan kabar yang belum jelas.
Ia menegaskan pentingnya tabayun sebelum menyimpulkan sesuatu. “Sebagai tokoh agama, kita harus bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam merespons sebuah informasi, serta betul-betul bisa mengantisipasi berita berita yang tendensius dan tidak jelas kebenarannya,” ujarnya.