Lampung siapkan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata mulai 2026, fokus ke Bakauheni & Pesawaran

waktu baca 2 menit

Bandarlampung (KABARIN) - Provinsi Lampung bersiap naik kelas di sektor pariwisata. Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengumumkan bahwa pemerintah daerah akan mulai mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata pada tahun 2026.

"Yang paling menarik dari Lampung adalah pariwisata. Lampung terkenal dengan garis pantainya yang panjang, hampir 70 persen wilayahnya merupakan pantai," kata Rahmat saat membuka Lampung Economic Investment Forum yang digelar di Bandarlampung, Selasa (4/11).

Rahmat menjelaskan, potensi alam dan objek wisata yang melimpah menjadi alasan utama Lampung fokus mengembangkan sektor pariwisata. Ia menilai sudah waktunya daerah memiliki kawasan wisata yang terencana dengan baik, bukan lagi berkembang secara organik seperti selama ini.

“Kami telah merencanakan tahun depan untuk mendesain pariwisata di sini dengan sangat baik. Hal itu dilakukan dengan dibuatnya Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,” ujarnya.

Menurut Rahmat, ada tiga segmen wisata utama yang akan dikembangkan di Lampung, yaitu kawasan pulau-pulau yang berjarak hanya 30 menit dari Kota Bandarlampung, pantai yang bisa dijangkau dalam 15–20 menit, serta kawasan pegunungan.

Ia menyebutkan dua wilayah yang akan menjadi fokus utama KEK Pariwisata, yakni Bakauheni di Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran.

“Yang pertama ada di Bakauheni, yang kemungkinan akan dikembangkan oleh Mayapada Group dan Bakrie Group. Luas areanya sekitar 5.000 hektare,” kata Rahmat.

Sedangkan untuk Pesawaran, area yang disiapkan untuk pengembangan pariwisata berkisar antara 1.000 hingga 1.400 hektare.

Rahmat berharap pembangunan dua kawasan ini bisa menjadi motor utama pertumbuhan wisata Lampung dalam jangka panjang.

“Dalam 10–20 tahun ke depan, Lampung ditargetkan punya dua kawasan wisata dengan fasilitas yang sangat bagus,” ujarnya optimistis.

Data tahun 2024 mencatat ada 18 juta kunjungan wisatawan ke Lampung, baik dari dalam maupun luar negeri. Tahun ini, angka itu diproyeksikan melonjak hingga 28–30 juta kunjungan.

Lebih lanjut, Rahmat mengungkapkan bahwa peningkatan tersebut juga berdampak pada ekonomi daerah.

“Tahun lalu spending rate-nya sekitar Rp1,3–1,4 juta per wisatawan. Tahun ini sudah naik jadi Rp1,8 juta. Artinya, hampir Rp50 triliun GDP Lampung berasal dari sektor pariwisata,” jelasnya.

Rahmat yakin, jika kawasan pariwisata ini dirancang dengan matang dan investor mulai masuk, maka dampak ekonominya akan berlipat ganda bagi masyarakat Lampung.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka