Jakarta (KABARIN) - Sakit kepala biasanya dianggap hal biasa karena stres, kurang tidur, atau terlalu lama menatap layar gadget, tapi ternyata kadang bisa jadi pertanda kondisi serius seperti kejang.
“Sebagian besar sakit kepala bersifat jinak dan terkait stres, migrain, atau pemicu gaya hidup, tetapi beberapa pola dapat tumpang tindih atau mendahului aktivitas epilepsi (kejang),” kata dokter neurologi di BLK Max Hospital, Dr Atul Prasad, dikutip laporan Hindustan Times, Minggu (30/11) waktu setempat.
Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai karena bisa menunjukkan aktivitas kejang. Misalnya sakit kepala yang disertai kebingungan, kehilangan memori, atau episode berulang di mana tubuh tidak merespons.
Kemudian ada juga sakit kepala dengan gerakan tubuh yang aneh, tatapan kosong sesaat, sampai jatuh tanpa sebab, atau bangun dengan luka di lidah yang menandakan kejang malam hari.
Dr Prasad menjelaskan sakit kepala juga punya jenis yang bisa jadi indikator kejang. Sakit kepala pre-iktal muncul beberapa detik hingga menit sebelum kejang dengan nyeri tajam atau sensasi tekanan mendadak.
“Sering kali disertai tanda bahaya tambahan seperti mual, sensasi deja vu, rasa takut mendadak, atau perubahan otonom seperti berkeringat dan jantung berdebar,” ujar Prasad.
Sakit kepala pagi hari yang disertai muntah juga perlu diwaspadai karena bisa menunjukkan peningkatan tekanan dalam otak atau masalah struktural yang memicu kejang. Ada juga jenis migralepsi, di mana pasien mengalami gangguan visual atau kilatan cahaya, kemudian diikuti hilangnya kesadaran atau kejang.
“Ketika aura migrain berlangsung tidak biasa lama atau berakhir tiba-tiba dengan kebingungan atau gerakan tersentak, evaluasi untuk epilepsi menjadi penting,” kata Prasad.
Terakhir, sakit kepala post-iktal muncul setelah kejang dengan nyeri berdenyut yang bisa bertahan beberapa jam sampai dua hari dan kadang mirip migrain. “Sakit kepala ini dapat menyerupai migrain dan berlangsung dari beberapa jam hingga dua hari,” tambahnya.
