Depok (KABARIN) - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia terus memperluas hubungan akademiknya, kali ini dengan Selandia Baru lewat sejumlah kegiatan kolaboratif yang digelar di kampus Depok.
"Kami menyelenggarakan kuliah umum bertajuk New Zealand’s Foreign Policy in the Indo-Pacific dengan menghadirkan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Taula, sebagai pembicara utama," kata Dekan Terpilih FISIP UI 2025–2029, Prof Evi Fitriani, di Depok, Jumat.
Evi menjelaskan bahwa kuliah umum ini menjadi momen penting karena mahasiswa bisa memahami dinamika kawasan Pasifik langsung dari sosok diplomat yang terjun di lapangan.
“Kesempatan seperti ini sangat bagus untuk para mahasiswa, mereka dapat mendengar secara langsung perspektif Duta Besar Selandia Baru, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk memahami dinamika kawasan Pasifik yang tidak selalu tercakup dalam literatur maupun media,” ujar Prof Evi.
Ia berharap kegiatan ini menjadi pintu masuk untuk kerja sama akademik yang lebih luas di masa depan.
Dalam pemaparannya, Duta Besar Phillip Taula menjelaskan bagaimana Selandia Baru memandang Indo-Pasifik sebagai kawasan strategis yang tengah mengalami banyak perubahan, mulai dari pergeseran tatanan internasional, naiknya tensi keamanan, hingga kebutuhan memperkuat ketahanan ekonomi pascapandemi.
Taula juga membeberkan tiga prioritas utama kebijakan luar negeri Selandia Baru.
Pertama, memperkuat hubungan bilateral dan regional dengan Indonesia, ASEAN, Australia, dan negara-negara Pasifik.
Kedua, mendorong kemakmuran ekonomi melalui diversifikasi ekspor, penguatan rantai pasok, dan kerja sama di sektor pangan, energi, serta teknologi.
Ketiga, meningkatkan keamanan nasional lewat modernisasi pertahanan, penguatan keamanan maritim, dan interoperabilitas dengan Australia sebagai mitra utama.
Taula menegaskan bahwa Indonesia punya posisi penting dalam visi Selandia Baru untuk menciptakan Indo-Pasifik yang damai dan stabil.
“Indonesia adalah mitra penting bagi Selandia Baru baik dalam perdagangan, kerja sama regional, maupun di forum global seperti G20, ASEAN, dan PBB. Kami melihat Indonesia sebagai mitra jangka panjang dengan potensi kolaborasi yang sangat besar,” ungkapnya.
Ia menyebut ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pembangunan kapasitas sebagai bidang kerja sama yang punya peluang besar untuk diperluas ke depan.
Selain soal geopolitik dan kebijakan luar negeri, tim Kedutaan Besar Selandia Baru juga menawarkan informasi mengenai peluang pendidikan bagi mahasiswa Indonesia. Mereka menjelaskan sistem pendidikan tinggi berbasis standar commonwealth, kesempatan magang dan kerja setelah lulus, hingga Beasiswa Manaaki yang menyediakan sekitar 70 kuota tiap tahun.
Beasiswa tersebut memprioritaskan bidang strategis seperti ketahanan iklim, inklusi sosial, dan tata kelola.
“Diplomasi Selandia Baru selalu berlandaskan keterbukaan, kemitraan, dan penghormatan terhadap tatanan internasional berbasis hukum. Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar bagi setiap bentuk kerja sama yang kami bangun,” tutur Taula.
Ia kembali menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara untuk menjaga stabilitas Indo-Pasifik, serta memastikan hubungan yang dibangun selalu dilandasi kemitraan setara dan tatanan internasional berbasis aturan.
Editor: Raihan Fadilah
Copyright © KABARIN 2025