Jakarta (KABARIN) - Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Luminar, yang dikenal sebagai pengembang sensor LiDAR, tengah menghadapi masa sulit. Perusahaan ini dikabarkan mengajukan kebangkrutan setelah rencana kolaborasi dengan Volvo tak berlanjut.
Kerja sama itu gagal terwujud karena Volvo memutuskan tidak lagi menyematkan sensor LiDAR pada model ES90 dan EX90 edisi 2026. Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan minat konsumen serta keterbatasan pasokan perangkat keras LiDAR.
Menurut laporan CarsCoops pada Selasa (16/12), merosotnya kondisi Luminar sudah terlihat sejak Austin Russell mundur dari jabatan CEO sekitar tujuh bulan lalu. Padahal, lima tahun sebelumnya Luminar sempat melantai di bursa lewat IPO dengan valuasi lebih dari 3 miliar dolar AS.
Pada awal pekan ini, Luminar resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Distrik Selatan Texas. Dari dokumen pengadilan terungkap bahwa aset perusahaan diperkirakan berada di kisaran 100 juta hingga 500 juta dolar AS. Sementara itu, total kewajiban utangnya jauh lebih besar, yakni sekitar 500 juta sampai 1 miliar dolar AS.
Dalam proses restrukturisasi ini, Luminar berencana melepas bisnis LiDAR miliknya. Perusahaan juga sudah mencapai kesepakatan untuk menjual anak usaha Luminar Semiconductor dengan nilai sekitar 110 juta dolar AS.
“Setelah melakukan peninjauan komprehensif terhadap berbagai alternatif yang ada, dewan direksi memutuskan bahwa proses penjualan yang diawasi pengadilan adalah jalan terbaik ke depan,” tutur Kepala Eksekutif Luminar, Paul Ricci.
Meski demikian, Luminar menegaskan operasional perusahaan tetap berjalan selama proses kebangkrutan berlangsung. Pengiriman perangkat keras dan perangkat lunak LiDAR kepada pelanggan akan terus dilakukan, begitu pula pemenuhan hak dan tunjangan karyawan.
“Saat kami menjalani proses ini, prioritas utama kami adalah terus memberikan kualitas, keandalan, dan layanan yang sama seperti yang diharapkan pelanggan kami,” ucap Ricci.
Ia juga mengakui bahwa perusahaan sudah berupaya melakukan efisiensi dalam beberapa bulan terakhir. “Selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil langkah-langkah berarti untuk mendorong disiplin operasional, merampingkan struktur biaya, dan mempertajam arah strategis kami, tetapi kewajiban utang lama kami dan laju adopsi industri telah menantang kemampuan kami untuk mengoperasikan bisnis secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Editor: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Copyright © KABARIN 2025