Tiga tokoh Indonesia gaungkan pesan perdamaian di kota Roma

waktu baca 2 menit

“Keberagaman Indonesia adalah warisan spiritual yang dapat dibagikan kepada dunia,”

Jakarta (KABARIN) - Tiga sosok penting asal Indonesia, yaitu Jusuf Kalla, Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid, tampil di ajang Daring Peace International Meeting for Peace 2025 di Roma, Italia, pada Senin lalu. Mereka hadir membawa semangat perdamaian dunia dengan sudut pandang yang berbeda namun saling melengkapi antara politik, spiritualitas, dan ekonomi.

Ketiganya menggambarkan wajah Indonesia sebagai negara yang plural dan menjunjung tinggi dialog serta nilai kemanusiaan. Jusuf Kalla menegaskan bahwa makna damai bukan hanya soal tidak adanya perang, tetapi juga keberanian untuk memilih dialog daripada permusuhan.

“Perdamaian adalah keberanian untuk meletakkan senjata, baik fisik maupun ideologis, dan memilih keadilan serta kemanusiaan,” ujarnya.

Sebagai sosok yang pernah terlibat dalam penyelesaian konflik di Poso dan Aceh, Jusuf Kalla juga menyoroti peran masjid yang seharusnya menjadi ruang sosial bagi masyarakat.

“Masjid tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang sosial yang menumbuhkan keadaban dan solidaritas kemanusiaan,” tambahnya.

Sementara itu, Nasaruddin Umar yang kini menjabat sebagai Menteri Agama sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, mengingatkan bahwa politisasi agama bisa menjadi ancaman serius bagi perdamaian dunia. Menurutnya, yang berbahaya bukan agamanya, melainkan cara sebagian orang menyalahgunakannya.

Ia juga mengajak dunia untuk belajar dari Indonesia yang dikenal sebagai contoh nyata harmoni antarumat beragama. “Keberagaman Indonesia adalah warisan spiritual yang dapat dibagikan kepada dunia,” katanya.

Di sisi lain, Arsjad Rasjid yang memimpin KADIN Indonesia menyoroti aspek ekonomi sebagai fondasi perdamaian. Ia menilai ketimpangan ekonomi sering kali menjadi pemicu konflik yang tersembunyi.

“Ekonomi tanpa kemanusiaan adalah bentuk konflik tersembunyi,” ucapnya.

Arsjad juga mendorong dunia usaha untuk mengambil peran aktif dalam menciptakan ekonomi berkeadaban dan berbasis solidaritas sosial agar kesejahteraan bisa dirasakan lebih merata.

Forum perdamaian dunia di Roma ini dihadiri ribuan tokoh lintas agama dan budaya dari berbagai negara. Acara tersebut menjadi ruang penting untuk memperkuat semangat solidaritas global di tengah meningkatnya konflik dan ekstremisme di berbagai belahan dunia.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka