Jakarta (KABARIN) - Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November, masyarakat mulai penasaran dengan siapa saja tokoh yang diusulkan untuk menerima gelar Pahlawan Nasional. Momen ini selalu ditunggu setiap tahun karena Presiden akan menetapkan nama-nama yang dianggap berjasa besar bagi bangsa.
Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Fadli Zon, bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu 5 November. Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan laporan kerja dewan termasuk nama-nama tokoh yang tengah dipertimbangkan untuk mendapat gelar kehormatan tersebut.
Meskipun belum ada pengumuman resmi, sejumlah figur dari berbagai daerah telah diajukan untuk menerima gelar Pahlawan Nasional tahun ini. Berikut daftar tokoh yang diusulkan beserta kontribusinya bagi negeri.
1. KH. Muhammad Yusuf Hasyim (Jawa Timur)
Putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari ini sudah aktif di Laskar Hizbullah sejak muda. Ia ikut berjuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dan sempat tertembak di dada. Setelah Hizbullah dibubarkan, ia melanjutkan kiprahnya di TNI dengan pangkat letnan satu dan wafat pada 14 Januari 2007.
2. Demmatande (Sulawesi Barat)
Pejuang dari Mamasa ini dikenal karena keberaniannya menolak kerja paksa kolonial Belanda. Ia memimpin rakyat melawan penjajah hingga gugur dalam pertempuran di Mamasa.
3. KH. Abbas Abdul Jamil (Jawa Barat)
Sosok Singa dari Jawa Barat ini memimpin Laskar Hizbullah Cirebon dalam pertempuran 10 November 1945. Setelah bergabung dengan TNI dan berpangkat letnan, ia mengabdikan diri sebagai pengajar di Madrasah Aliyah Negeri Cirebon dan pimpinan Pesantren Buntet.
4. Marsinah (Jawa Timur)
Aktivis buruh wanita ini dikenal karena memperjuangkan hak-hak pekerja di pabrik arloji tempatnya bekerja. Marsinah ditemukan meninggal dunia pada 8 Mei 1993 dengan tubuh penuh luka dan kini dikenang sebagai simbol perjuangan kaum pekerja.
5. Hj. Rahmah El Yunusiyyah (Sumatera Barat)
Pelopor pendidikan perempuan ini mendirikan Madrasah Diniyah Li al-Banat dan Diniyah School Putri Padang Panjang yang menjadi inspirasi bagi pendidikan perempuan Indonesia. Ia wafat pada 26 Februari 1969.
6. Abdoel Moethalib Sangadji (Maluku)
Aktif di Sarekat Dagang Islam dan ikut dalam Kongres Pemuda II 1928, Sangadji juga memimpin Laskar Hizbullah di Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan. Ia gugur saat Agresi Militer I Belanda.
7. Jenderal TNI (Purn.) Ali Sadikin (DKI Jakarta)
Sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 1966–1977, Ali Sadikin membangun berbagai fasilitas publik, pendidikan, dan infrastruktur kota. Dedikasinya menjadikan Jakarta lebih maju dan berpendapatan tinggi meski kebijakannya sering menuai kontroversi.
8. Letkol Anumerta Charles C. Taulu (Sulawesi Utara)
Pemimpin peristiwa 14 Februari 1946 ini berhasil menangkap pimpinan Belanda di Kawangkoan. Aksinya sampai disiarkan Radio Brisbane dan menjadi simbol kemerdekaan Indonesia di seluruh wilayah Nusantara.
9. Mr. Gele Harun (Lampung)
Sebagai Residen Lampung, ia memperjuangkan pembentukan provinsi tersebut. Ia juga aktif di dunia politik dan menjadi anggota DPR pada 1957 sebelum wafat pada 4 April 1973.
10. Letkol Moch. Sroedji (Jawa Timur)
Tokoh militer asal Jember ini ikut membentuk BKR dan TKR. Ia gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada 8 Februari 1949 saat tetap memimpin pasukannya meski terluka.
11. Prof. Aloei Saboe (Gorontalo)
Dokter pejuang ini berperan besar dalam bidang kesehatan dan kemanusiaan selama masa perjuangan. Ia wafat pada 31 Agustus 1987 dan kini namanya diabadikan pada rumah sakit di Gorontalo.
12. Marsekal TNI (Purn.) R. Suryadi Suryadarma (Jawa Timur)
Perintis terbentuknya TNI Angkatan Udara ini menjadi Kepala Staf pertama TRI AU pada 1945. Ia lahir di Banyuwangi pada 6 Desember 1912.
13. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (Jawa Timur)
Presiden ke-4 RI ini dikenal sebagai tokoh pluralisme dan demokrasi. Ia memimpin PBNU selama 15 tahun dan mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. Dedikasinya terhadap toleransi membuatnya dikenang sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
14. Jenderal Besar TNI (Purn.) Soeharto (DI Yogyakarta)
Presiden ke-2 RI ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan karena banyak membawa kemajuan ekonomi dan infrastruktur nasional. Sebelum jadi presiden, Soeharto adalah perwira TNI yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Para tokoh di atas memiliki kiprah besar dalam perjuangan, pendidikan, hingga pembangunan bangsa. Nantinya, Presiden akan menetapkan siapa saja yang resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan 10 November mendatang.