Kharthoun (KABARIN) - Sudan makin terpuruk. Tingkat kemiskinan di negara itu melonjak tajam dari 21 persen menjadi 71 persen akibat konflik yang tak kunjung mereda. Imbasnya besar, sekitar 23 juta warga kini hidup di bawah garis kemiskinan, menurut laporan kantor berita resmi Sudan, SUNA, Sabtu (8/11).
Untuk merespons krisis ini, pemerintah Sudan berupaya menjalankan berbagai program produktif dan membuka lapangan kerja baru. Menteri Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Sosial Sudan Mutasim Ahmed Saleh mengatakan pihaknya juga mendorong dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dialihkan ke proyek-proyek pembangunan serta perluasan akses mikrofinansial bagi warga yang kehilangan pendapatan.
Kementerian turut bekerja sama dengan Bank Sentral Sudan untuk melonggarkan syarat pembiayaan dan menaikkan batas pinjaman bagi usaha kecil. Langkah ini diharapkan bisa membantu keluarga dan menggerakkan kembali roda ekonomi.
Sementara itu, laporan terbaru Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada 3 November mencatat 21,2 juta warga Sudan, atau sekitar 45 persen populasi, mengalami kerawanan pangan akut per September. Bahkan kondisi kelaparan dilaporkan terjadi di El Fasher dan Kadugli.
Pemerintah Sudan membantah temuan tersebut dan menyebut laporan kelaparan itu sebagai penilaian yang "berlebihan".
Sudan sendiri masih terjebak dalam konflik besar antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak April 2023. Perang ini sudah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa jutaan lainnya mengungsi, dan memperburuk krisis kemanusiaan yang kini makin dalam.
Baca juga: Dukungan bagi para pengungsi di Darfur Utara, Sudan terus ditingkatkan PBB
Baca juga: Pasukan RSF sepakat dengan proposal gencatan senjata kemanusiaan di Sudan