Moskow (KABARIN) - Situasi politik di Israel makin panas. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan kabur dari rumah pribadinya di Yerusalem setelah kediamannya dikepung para demonstran, Senin malam (15/9) waktu setempat.
Menurut laporan Ynet, pengunjuk rasa mendirikan tenda tepat di luar rumah Netanyahu sebagai bentuk protes terhadap serangan militer Israel ke Kota Gaza. Polisi langsung sigap dengan menutup area radius 300 meter dari kediaman sang perdana menteri.
Yang bikin aksi ini makin emosional adalah fakta bahwa banyak dari para demonstran merupakan kerabat sandera Israel yang masih ditawan oleh Hamas di Gaza. Mereka takut kalau operasi militer yang makin intens justru bakal membahayakan nyawa orang-orang tercinta mereka.
Salah satu suara paling lantang datang dari Einav Zangauker, ibu dari salah satu sandera.
"Tujuan saya cuma satu — agar negara ini sadar dan membawa pulang anak saya bersama 47 sandera lainnya, hidup atau mati, dan agar para prajurit kita kembali ke rumah," katanya.
"Dia (Netanyahu) tidak mau mendengar kami, jadi dia kabur seperti pengecut. Kami akan mengikutinya ke mana pun, siang dan malam. Ini sudah cukup," lanjutnya.
Menurut laporan, Netanyahu meninggalkan rumahnya hanya beberapa menit setelah berita muncul soal rencana aksi protes keluarga sandera.
Para pengunjuk rasa percaya kalau anggota keluarga mereka masih berada di wilayah-wilayah yang jadi target pengeboman Israel. Artinya, setiap serangan darat dan udara ke Gaza justru bisa memperburuk keadaan dan mengancam keselamatan para sandera.
Sementara itu, media Axios sebelumnya melaporkan kalau militer Israel sudah mulai melancarkan serangan darat di Kota Gaza dengan tujuan mendudukinya.
Dengan kondisi kayak gini, jelas tekanan publik terhadap Netanyahu makin besar. Nggak cuma soal strategi perang, tapi juga soal tanggung jawabnya terhadap sandera yang masih belum dibebaskan.