Jakarta (KABARIN) - Aktor legendaris Morgan Freeman menyuarakan kekesalannya terhadap teknologi kecerdasan buatan yang bisa meniru suara manusia. Ia merasa dirugikan karena suara khasnya dikloning tanpa izin dan digunakan oleh pihak lain.
Freeman menegaskan bahwa suara adalah bagian dari identitas dan sumber pendapatannya.
“Saya sama seperti aktor lain, jangan meniru saya dengan kepalsuan. Saya dibayar untuk melakukan hal-hal semacam itu, jadi jika anda melakukannya tanpa persetujuan saya, anda merampok saya,” kata Freeman dalam wawancara dengan The Guardian yang dikutip Mirror.
Bintang film Bruce Almighty dan March of the Penguins ini mengaku sedang menempuh langkah hukum terkait kasus tersebut. Ia mengungkapkan bahwa tim pengacaranya kini tengah menangani sejumlah dugaan penggunaan suara hasil kloning AI yang meniru dirinya. “Pengacara saya sangat, sangat sibuk,” ujarnya.
Meski tidak menyebutkan secara detail di mana suara kloning itu digunakan, Freeman menegaskan bahwa replikasi suara tanpa izin adalah bentuk pelanggaran hak kekayaan intelektual. Ia juga menilai praktik ini bisa mengancam masa depan para aktor yang mengandalkan keaslian suara mereka.
Dalam wawancara yang sama, Freeman menyinggung soal kemunculan Tilly Norwood, sosok “aktris AI” yang diciptakan oleh Eline Van der Velde dan perusahaan teknologi Particle6. Menurutnya, karakter semacam itu tidak akan mampu menggantikan aktor sungguhan.
“Tidak ada yang menyukainya karena dia tidak nyata dan itu mengambil bagian dari orang sungguhan, jadi itu tidak akan berhasil dengan baik di film atau di televisi. Tugas serikat pekerja adalah menjaga aktor tetap berakting, jadi akan ada konflik itu,” ucapnya.
Tilly sendiri mendapat kritik keras dari banyak aktor Hollywood seperti Emily Blunt, Melissa Barrera, dan Simu Liu, termasuk dari serikat aktor SAG-AFTRA. Mereka menolak ide bahwa karakter digital bisa menggantikan aktor manusia karena dianggap tidak memiliki emosi dan pengalaman hidup yang nyata.
Sebagai tanggapan, Eline Van der Velde menjelaskan di Instagram bahwa Tilly bukanlah pengganti manusia, melainkan karya seni digital. Ia menyebut AI sebagai alat kreatif baru yang mirip dengan animasi atau CGI.
Kontroversi ini memperlihatkan bagaimana dunia hiburan kini menghadapi dilema antara kreativitas teknologi dan hak cipta manusia. Bagi Morgan Freeman, teknologi seharusnya tidak mencuri identitas seseorang demi keuntungan digital.