Jakarta (KABARIN) - Guru Besar Universitas PTIQ Jakarta, Prof Susanto, menilai kasus yang melibatkan pendakwah Mohammad Elham Yahya Luqman atau Gus Elham seharusnya dijadikan pelajaran penting bagi para pendakwah. Menurutnya, seorang dai harus berhati-hati dalam bersikap dan mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa dalam Islam, dakwah semestinya dilakukan dengan kebijaksanaan dan meneladani akhlak Rasulullah SAW.
"Yakni yang menjaga kehormatan, menjunjung tinggi adab dan interaksi sesuai batasan yang pantas serta beretika serta menghargai anak dan menegakkan etika publik," ujarnya.
Susanto menegaskan bahwa anak-anak berada dalam masa perkembangan yang sangat sensitif. Mereka butuh rasa aman, penghormatan terhadap batas diri, dan contoh yang layak ditiru.
Menurutnya, tindakan mencium anak di ruang publik apalagi dilakukan oleh tokoh agama bisa memberi pesan yang salah dan bertentangan dengan nilai etika Islam.
Ia juga mengingatkan bahwa tindakan seperti itu bisa memengaruhi kondisi psikologis anak dan menimbulkan kebingungan terkait batasan interaksi dengan lawan jenis. Apalagi jika video kejadian tersebut tersebar luas di media sosial, anak bisa merasa malu bahkan menjadi sasaran stigma dari lingkungannya.
Susanto menambahkan bahwa publik juga perlu berhati-hati dalam membagikan ulang video yang melibatkan anak. Berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, menyebarkan konten yang melanggar kesusilaan atau memperlihatkan identitas anak tanpa sensor bisa melanggar hak perlindungan anak.
"Publik yang menyebarkan ulang video tersebut tanpa sensor terhadap anak berpotensi melanggar hak anak terutama hak atas perlindungan kerahasiaan identitas," katanya.