Jakarta (KABARIN) - Nama Habib Bahar bin Smith baru-baru ini kembali ramai dibicarakan publik. Ia dikenal sebagai penceramah yang vokal dan penuh energi, namun sosoknya juga kerap terseret dalam berbagai kontroversi. Sorotan terhadap dirinya semakin kuat setelah model Helwa Bachmid mengungkap kisah pernikahan siri mereka dan menyebut dirinya sebagai “istri cadangan yang kau telantarkan”.
Lantas, siapakah sosok Habib Bahar sebenarnya. Pembahasan mengenai dirinya semakin mencuat setelah berbagai informasi bermunculan di ruang publik baru-baru ini. Berikut ulasannya yang dirangkum dari berbagai sumber resmi.
Profil dan latar belakang singkat
Habib Bahar lahir pada 23 Juli 1985 di Manado dan berasal dari keturunan Arab Hadhrami golongan Alawiyyin. Sejak muda, ia aktif dalam kegiatan dakwah dan mulai dikenal setelah membangun jaringan pengajian di berbagai daerah.
Ia mendirikan Majelis Pembela Rasulullah di Tangerang Selatan serta Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin di Bogor. Bahar dikenal memiliki gaya ceramah yang tegas, lantang, dan kerap menarik perhatian publik karena penyampaiannya yang blak-blakan.
Beberapa rentetan kontroversi Bahar bin Smith
1. Aksi sweeping tempat hiburan
Pada tahun 2012, ia memimpin sekitar 150 pengikut untuk melakukan razia kafe De Most di Jakarta Selatan, yang dianggap sebagai “sarang maksiat”. Masa sweeping tersebut dilengkapi senjata tajam dan aksi pengrusakan. Polisi kemudian menangkap Bahar dan sejumlah pengikut karena tindakan pengrusakan.
2. Penganiayaan
Bahar pernah dijatuhi hukuman tiga tahun penjara atas kasus penganiayaan terhadap dua remaja santri di pondok pesantrennya. Ia juga sempat menghadapi tuduhan penganiayaan terhadap seorang sopir taksi online.
3. Konten ceramah hoaks dan provokasi
Jaksa menilai beberapa ceramah Bahar berisi informasi yang tidak sesuai fakta dan dianggap mengandung provokasi yang bertentangan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia. Ia juga pernah menuduh partai politik tertentu hingga presiden melakukan tindakan pengkhianatan, yang memicu kritik luas dari masyarakat.
4. Komentar nasab dan pernyataan kontroversial
Majelis Ulama Indonesia pernah menolak pernyataan Bahar terkait penyitirannya atas sebuah hadis mengenai “peniru habib”. Selain itu, dalam salah satu sidang ia menyampaikan pernyataan mengenai jumlah istri dan kehidupan keluarga yang kemudian ramai dibahas publik.
5. Tuduhan ancaman kekerasan
Dalam salah satu ceramahnya, Bahar pernah menyatakan akan “menghabisi” pihak-pihak yang ia anggap mengkhianati tokoh tertentu, sehingga pernyataan tersebut dilaporkan ke aparat berwenang.
Tak hanya itu, ceramahnya pun ikut memicu banyak reaksi publik. Beberapa pernyataannya dinilai mengandung provokasi dan hoaks sehingga mendapat kritik keras. Komentarnya mengenai tokoh politik, nasab, hingga status habib juga ikut memantik perdebatan di ruang publik.
Kisah dengan Helwa Bachmid yang menguak sisi lain
Kontroversi terkait Bahar kembali mencuat setelah Helwa Bachmid mengungkap kisah pernikahan siri mereka pada 15 November 2024. Dalam ceritanya, Helwa mengaku pernikahan itu sengaja disembunyikan, dan selama setahun ia merasakan banyak penderitaan.
Ia menuliskan “Happy Anniversary sayang, kamu menutupi pernikahan kita udah satu tahun dan selama satu tahun ini hidup aku penuh kamu buat menderita”. Helwa juga mengatakan harapannya untuk mendapat bimbingan agama tidak pernah terpenuhi. Ia menegaskan “Selama kita menikah, aku tidak merasakan dibimbing secara agama”.
Helwa merasa posisinya hanya sebagai istri simpanan. Ia menulis “Hidupku bagaikan istri simpananmu yang kamu butuhkan disaat kamu hanya ingin hs sama aku, tapi kamu tidak pernah datang untuk melihat keadaanku gimana”. Ungkapan itu dipertegas dengan ceritanya tentang masa kehamilan yang ia jalani hampir tanpa kehadiran Bahar.
Pengakuan Helwa memicu gelombang simpati dari masyarakat. Ia menegaskan bahwa tujuan ceritanya bukan untuk menjatuhkan siapa pun, melainkan karena “kejelekanmu sudah tidak bisa ku toleren lagi”. Kisah ini menambah babak baru dalam deretan kontroversi Habib Bahar, sekaligus membuka pertanyaan soal tanggung jawab moral seorang pendakwah terhadap keluarga dan hubungan pribadi.
Sumber: ANTARA