Dua hari diserang brutal Israel, ribuan warga Gaza terpaksa mengungsi

waktu baca 2 menit

PBB (KABARIN) - Gaza lagi-lagi harus menjalani hari-hari penuh teror. Hanya dalam dua hari terakhir, hampir 48 ribu warga Palestina terpaksa kabur ke selatan akibat serangan darat militer Israel di Gaza City. Data ini disampaikan langsung oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Selasa (16/9).

Sejak pertengahan Agustus sampai Senin (15/9), OCHA mencatat ada lebih dari 190 ribu kali perpindahan warga. Angka ini menunjukkan betapa beratnya situasi yang harus dihadapi penduduk Gaza di tengah konflik yang tak kunjung reda.

Mirisnya, banyak dari mereka tidak bisa menggunakan kendaraan untuk pindah karena biaya transportasi yang super mahal. Alhasil, sebagian besar warga terpaksa berjalan kaki demi menyelamatkan diri dan keluarga mereka.

"Para mitra melaporkan bahwa keluarga-keluarga pengungsi, yang kerap dipimpin oleh perempuan dan warga lanjut usia, berjalan kaki hingga sembilan jam dalam cuaca panas ekstrem, sering kali tanpa alas kaki dan dengan anak-anak yang terluka," kata OCHA.

Banyak pengungsi datang tanpa tempat tinggal. Permintaan untuk tenda keluarga pun terus meningkat. Sejauh ini, lebih dari 1.500 orang—termasuk 900 lebih anak-anak—sudah dapat bantuan darurat berupa air, perawatan medis, sampai dukungan psikologis.

Sayangnya, kondisi kesehatan di Gaza juga makin terjepit. Rumah sakit dan klinik penuh sesak. Bahkan, Rumah Sakit Al-Quds di Gaza City sempat rusak akibat pengeboman di sekitar area itu, dan kini malah jadi tempat pengungsian warga. Dari enam pos medis PBB di Gaza City, hanya tiga yang masih bisa jalan.

Nggak cuma itu, perlintasan perbatasan Zikim juga sudah ditutup selama empat hari terakhir. Akibatnya, pengiriman bahan bakar dan obat-obatan terhenti. Konvoi bantuan sering ketahan, bahkan ada yang terhambat karena risiko penjarahan.

PBB bersama mitra-mitra kemanusiaannya tetap berusaha menyalurkan bantuan darurat meski situasi di Gaza semakin sulit dan pasokan terus menipis. Kondisi di lapangan penuh tantangan, mulai dari akses yang terbatas hingga risiko keamanan yang tinggi.

Meski begitu, mereka tetap berkomitmen memberikan layanan penting dan bantuan yang bisa menyelamatkan nyawa. Upaya ini dilakukan bagi warga di seluruh Jalur Gaza kapan pun dan di mana pun ada kesempatan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka