Krisis kemanusiaan kian parah, 65.000 jiwa tewas akibat serangan Israel di Gaza

waktu baca 2 menit

Kairo (KABARIN) - Serangan Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023 terus menelan korban. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 65.000 orang telah meninggal, sementara ratusan ribu lainnya mengalami luka-luka akibat konflik yang tak kunjung reda.

Dalam catatan terbaru, hanya dalam sehari tercatat 98 orang tewas dan 385 orang harus dirawat di rumah sakit. Angka ini menunjukkan betapa parahnya situasi yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Sejak awal serangan, total korban luka kini mencapai 165.697 orang. Dampak konflik ini sangat besar bagi masyarakat sipil, terutama mengingat kepadatan penduduk di Jalur Gaza yang membuat risiko bagi warga sipil semakin tinggi.

"Jumlah korban agresi Israel [di Jalur Gaza] bertambah menjadi 65.062 orang sejak 7 Oktober 2023, dengan 165.697 lainnya terluka," kata Kementerian Kesehatan dalam pernyataannya.

Serangan intens kembali terjadi sejak 18 Maret lalu, ketika Israel melanjutkan ofensifnya di Gaza. Gedung-gedung tinggi di Kota Gaza menjadi target, terutama yang diduduki oleh kelompok Palestina. Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Efi Defrin, menyebut pada awal September bahwa mereka telah menguasai sekitar 40 persen wilayah kota dan akan memperluas operasi militer dalam beberapa hari ke depan.

Konflik ini bermula dari serangan roket masif dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, yang memicu balasan besar dari Israel. Kelompok Hamas menembaki militer Israel dan warga sipil, bahkan menyandera lebih dari 200 orang. Dari pihak Israel, sekitar 1.200 orang tewas dalam insiden tersebut.

Sebagai tanggapan, IDF meluncurkan Operasi Pedang Besi, yang mencakup serangan langsung terhadap wilayah sipil serta pengepungan total Jalur Gaza. Seluruh pasokan dasar, mulai dari air, listrik, hingga makanan dan obat-obatan, diputus, sehingga kondisi kemanusiaan di wilayah ini semakin kritis.

Situasi tersebut menempatkan warga sipil Jalur Gaza dalam krisis yang terus memburuk. Sementara itu, dunia internasional masih memantau dengan cermat dan berupaya memberikan bantuan untuk meringankan dampak dari konflik yang terus berlangsung.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka