Gubernur Aceh tegaskan Bupati yang cengeng tangani banjir lebih baik mundur

waktu baca 3 menit

Banda Aceh (KABARIN) - Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menegaskan bahwa bupati atau kepala daerah yang mudah menyerah menghadapi bencana banjir sebaiknya mundur dari jabatan.

"Kalau ada bupati yang cengeng dan menyerah menghadapi musibah ini, silakan mengundurkan diri atau turun dari jabatan. Kita ganti dengan yang lain, yang siap bekerja untuk rakyat," kata Muzakir Manaf di Aceh Timur, Jumat.

Pernyataan ini muncul setelah beberapa kepala daerah menyatakan kesulitan menangani banjir di wilayahnya.

Menurut Muzakir, banjir kali ini bukan bencana biasa. Ia menyebutnya sebagai tsunami jilid kedua karena dampaknya lebih parah dan wilayah terdampak lebih luas dibanding tsunami 2004.

"Kalau tsunami 2004, air hanya datang sekitar dua jam. Akan tetapi, bencana banjir kali ini, air menggenangi rumah warga sampai lima hari lebih. Ini penderitaan luar biasa bagi rakyat Aceh," ujarnya.

Data sementara menunjukkan setidaknya lima wilayah di Aceh terdampak banjir berat, termasuk Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Utara, sebagian Bireuen, dan sebagian Aceh Tengah. Ribuan rumah terendam, akses transportasi terputus, aktivitas ekonomi lumpuh, warga mengungsi, dan ada laporan korban meninggal serta fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, dan jembatan rusak parah.

Muzakir memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan, dari camat hingga keuchik, untuk bergerak cepat dan proaktif dalam penanganan bencana.

"Tidak boleh ada camat atau keuchik yang hanya menunggu instruksi. Semua harus bergerak, turun ke lapangan, memastikan rakyat tertolong, dapur umum berjalan, bantuan sampai, dan tidak ada yang kelaparan," katanya.

Gubernur menekankan bahwa kepala daerah tidak boleh takut mengambil keputusan saat kondisi darurat. Keberanian, kecepatan, dan kepedulian menjadi kunci.

"Kepala daerah itu dipilih rakyat untuk bekerja dalam kondisi tersulit sekalipun, bukan untuk mengeluh. Rakyat butuh pemimpin yang berdiri di barisan terdepan, bukan yang lari dari tanggung jawab," ujarnya.

Untuk menangani kesehatan korban banjir, Aceh mendatangkan dokter dari Malaysia untuk merawat pasien dengan kondisi berat dan penyakit akibat banjir, seperti infeksi, diare, masalah pernapasan, dan penyakit kulit.

"Kita tidak boleh membiarkan rakyat kita berjuang sendiri. Semua sumber daya harus kita kerahkan, termasuk tenaga medis dari luar negeri jika dibutuhkan," kata Muzakir.

Pemerintah Aceh berharap seluruh unsur pemerintahan, TNI-Polri, relawan, tenaga kesehatan, dan masyarakat terus bersinergi mempercepat evakuasi, distribusi bantuan, penanganan korban, dan pemulihan pasca banjir.

"Bencana banjir yang disebut sebagai tsunami kedua ini menjadi peringatan keras bahwa Aceh masih sangat rentan terhadap bencana alam, baik dari sisi geografis maupun kesiapan infrastruktur dan tata kelola wilayah," ujar Muzakir Manaf.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka