Kota Padang (KABARIN) - Pemulihan emosional anak-anak pascabencana tidak hanya bergantung pada bantuan logistik dan fasilitas pengungsian. Menurut Pakar Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Padang (UNP), Evelynd, dukungan terbesar justru datang dari orang tua melalui pendampingan emosional serta pengaturan penggunaan gawai.
“Anak bisa menjauhi gawai jika didampingi dan diberi batasan. Edukasi kepada orang tua sangat penting, terutama soal informasi apa yang layak dikonsumsi anak,” ujar Evelynd di Padang, Sumatera Barat, Sabtu.
Kurangi ketergantungan gawai
Setelah bencana hidrometeorologi, rutinitas anak berubah total. Banyak dari mereka menghabiskan waktu lebih lama memegang gawai sebagai bentuk pelarian dari suasana tidak nyaman di pengungsian. Padahal, penggunaan gawai tanpa pengawasan justru bisa memperburuk kondisi emosional mereka.
Evelynd menekankan bahwa aktivitas pendampingan harus dirancang untuk mengembalikan stabilitas emosi anak, sekaligus mengurangi ketergantungan pada perangkat digital. Pendekatan ini juga selaras dengan PP Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) yang menegaskan pentingnya perlindungan anak dari risiko dunia digital, termasuk filter usia dan persetujuan orang tua.
Pendampingan yang menyenangkan
Menurutnya, setiap anak memiliki durasi pemulihan yang berbeda, sehingga proses pendampingan harus dilakukan secara bertahap dan melibatkan orang tua secara langsung.
Anak-anak dapat diajak mengikuti berbagai kegiatan tanpa gawai, seperti:
- bermain kuis edukatif,
- menggambar atau mewarnai,
- membaca cerita,
- permainan kelompok yang mendorong interaksi.
Cara-cara ini terbukti membantu anak merasa aman kembali dan lebih cepat pulih dari tekanan psikologis.
“Banyak dari mereka yang sedang menghadapi masa ujian sekolah. Pendampingan ini sangat penting agar fokus mereka kembali dan emosinya stabil,” katanya.
Menanamkan resiliensi
Tidak hanya untuk memulihkan trauma, pendampingan psikososial juga bertujuan menanamkan nilai resiliensi, agar anak-anak tetap kuat menghadapi dampak psikologis yang bisa bertahan lama.
Kegiatan pendampingan di Sumatera Barat saat ini terus dilakukan oleh berbagai pihak. Salah satunya melalui kerja sama Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama Save the Children dan UNP, dengan metode yang dibuat menyenangkan agar anak-anak bisa kembali bersemangat dan siap menghadapi ujian pascabencana.