Totalitas Indonesia untuk Palestina, dari diplomasi hingga pasukan

waktu baca 5 menit

Jakarta (KABARIN) - Pantang menyerah sebelum Palestina merdeka. Itulah gambaran sikap Indonesia yang tak pernah menyerah menyuarakan kemerdekaan Palestina yang hingga detik ini masih menghadapi situasi mengerikan akibat ulah zionis Israel.

Tak kenal lelah, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia selalu menyuarakan kemerdekaan Palestina, menjadi garda terdepan di setiap forum yang disaksikan langsung para pemimpin dunia.

Jangankan di forum internasional yang menyita perhatian banyak mata, lewat pertemuan bilateral pun Indonesia tetap membawa isu Palestina.

Data sumber medis di Gaza menyebutkan hingga 8 Desember, ada 70.365 warga Palestina tewas dan 171.058 lainnya terluka sejak zionis meluncurkan agresinya 7 Oktober 2023.

Jumlah korban sesungguhnya mungkin jauh lebih besar, apalagi pasukan zionis Israel masih terus menyerang warga Palestina tanpa menghiraukan kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober 2025.

Upaya tanpa lelah

Indonesia bersama tekadnya terus melantangkan suara rakyat Palestina. Senantiasa mendukung Palestina.

Pada KTT BRICS yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, Juli, Presiden Prabowo menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung perdamaian dunia melalui multilateralisme dan keadilan dalam tata kelola global.

Pada KTT ASEAN ke-13 yang digelar di Malaysia pada 26 Oktober, Presiden Prabowo kembali menyatakan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya bantuan dan rekonstruksi di Gaza, termasuk partisipasi dalam misi stabilisasi multinasional.

Dengan lantang, Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia juga siap mengerahkan pasukan perdamaian di wilayah yang harus dilindungi dan ditegakkan.

Tak hanya itu, pada Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di New York, Amerika Serikat pada 23 September Prabowo kembali menegaskan dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara dalam konflik di Gaza. Presiden menyatakan bahwa Palestina harus merdeka.

Estafet menyuarakan Palestina berlanjut ketika Prabowo menghadiri KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh, Mesir pada Oktober lalu. Bersama puluhan pemimpin negara lainnya, Indonesia kembali menyatakan dukungan penuh upaya perdamaian dan penghentian kekerasan di Gaza.

Pada KTT G20 Di Johannesburg, Afrika Selatan, Wakil Presiden Indonesia Gibran Rakabuming Raka juga menyinggung konflik di berbagai belahan dunia, termasuk Palestina.

Gibran mengajak para pemimpin dunia untuk tidak membiarkan penderitaan manusia menjadi normal baru.

Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) Den Haag di Belanda pada April lalu menegaskan bahwa rakyat Palestina berhak menentukan nasibnya sendiri.

Hak itu sah dan sudah diakui PBB lewat berbagai resolusi mereka, bahkan juga telah diakui ICJ dalam beberapa keputusannya, termasuk pada Fatwa Hukum ICJ tahun 2004 dan 2024.

Menlu menyoroti partisipasi Indonesia dalam proses hukum di ICJ sebagai dukungan nyata terhadap kemerdekaan Palestina.

Pengiriman pasukan perdamaian

Isu Palestina seolah menjadi agenda wajib di segala pertemuan para pemimpin Dunia. Semua mata tertuju pada Gaza.

Dalam setiap pidato di pertemuan global, apalagi yang membahas isu Gaza, Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia selalu berkomitmen untuk mendukung Palestina dan siap mengirim pasukan perdamaian ke Gaza.

Lagi-lagi, itu mencerminkan totalitas Indonesia bagi rakyat Palestina.

Seraya menunggu lampu hijau PBB untuk mandat pengiriman pasukan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mematangkan persiapan keberangkatan personel terbaiknya.

Sebanyak 20.000 pasukan gabungan TNI-Polri siap dikirim ke Gaza untuk menjalani misi perdamaian PBB. Mereka terdiri atas tiga brigade komposit, di mana setiap brigade terdiri atas tiga batalyon yakni batalyon kesehatan, batalyon zeni konstruks, dan batalyon bantuan.

Selain pasukan dan peralatan untuk konstruksi, pesawat angkut Hercules C-130 dan kapal Republik Indonesia (KRI) rumah sakit juga siap diberangkatkan ke Gaza.

TNI Angkatan Udara (AU) akan mengerahkan 3.650 personel untuk menjalankan misi perdamaian di wilayah kantong tersebut. Semantara itu, TNI Angkatan Laut (AL) mengirim sekitar 5.000 personel dan TNI Angkatan Darat (AD) akan berkontribusi sekitar 60 persen dari total 20.000 personel.

Polri juga telah menyiapkan 350 personel Brimob terlatih dan berpengalaman untuk mengikuti penugasan sebagai penjaga perdamaian di Gaza.

Tugas utama komandan pasukan perdamaian yang akan dijabat perwira tinggi bintang tiga itu di antaranya mengendalikan seluruh jalannya operasi dari mulai pergerakan personel, logistik hingga diplomasi internasional.

Rinciannya adalah mengendalikan operasi seluruh elemen di tiga brigade komposit, mengatur koordinasi dengan PBB, negara-negara kontributor pasukan dan otoritas setempat, memastikan keselamatan personel dan efektivitas misi kemanusiaan serta menjaga netralitas dan mematuhi mandat PBB.

Komandan Pasukan Pemelihara Perdamaian yang akan dikirim ke Gaza harus mempunyai empat kriteria khusus. Pertama, memiliki pengalaman operasi gabungan TNI sebab nantinya operasi penjaga perdamaian ini akan melibatkan tiga brigade komposit yang terdiri dari pasukan gabungan lintas matra.

Kedua, berpengalaman dalam penugasan internasional atau pendidikan luar negeri dan ketiga memiliki pemahaman mengenai operasi pemeliharaan perdamaian. Kemudian, syarat terakhir yakni memiliki kemampuan melakukan diplomasi militer.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Muhammad Syaroni Rofi'i menilai bahwa pengiriman TNI ke Gaza sebagai langkah strategis bagi diplomasi pertahanan Indonesia.

Pengiriman pasukan perdamaian dalam jumlah besar bisa menjadi pencapaian tersendiri bagi Indonesia sebab selama ini kontributor utama pasukan penjaga perdamaian untuk misi PBB kerap diisi oleh Nepal, India, Bangladesh dan Pakistan.

"Artinya posisi Indonesia bisa menduduki top 3 jika misi terlaksana," katanya.

Syaroni mengatakan pemerintah perlu memastikan secara diplomatis bahwa pasukan yang akan dikirim ke Gaza mendapat mandat dari PBB dan secara multilateral didukung peran dan fungsinya di lapangan.

Selanjutnya, pemerintah juga perlu membangun koordinasi dengan kekuatan di balık rencana tersebut seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, termasuk koordinasi dengan kekuatan di kawasan seperti Mesir, Qatar dan Turki yang memiliki pengaruh di antara pihak bertikai (Israel-Hamas).

Langkah ini dinilai dapat memperkuat posisi Indonesia di kawasan Timur Tengah. Ketika misi berlangsung artinya Indonesia dapat diterima oleh para pihak sekaligus memperlihatkan komitmen Indonesia dalam isu internasional, selain memberikan solusi di forum Indonesia juga secara nyata mengirim pasukannya.

"Dengan pengalaman Kontingen Garuda selama ini di Lebanon dan beberapa zona konflik, saya kira ini menjadi bagian yang bisa memperkuat reputasi global Indonesia," katanya.

Dengan adanya pasukan penjaga perdamaian di Gaza, diharapkan dapat mencegah aksi militer Israel terhadap Palestina baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Syaroni juga berharap Palestina mendapatkan haknya sebagai entitas negara, sehingga dapat mengelola wilayah sebagai negara merdeka.

Baca juga: Presiden Prabowo serukan komitmen dukungan untuk Palestina di Pakistan

Baca juga: Lima resolusi pro-Palestina lolos di PBB, Israel makin terisolasi

Bagikan

Mungkin Kamu Suka