China dukung ASEAN untuk mendamaikan konflik Kamboja dan Thailand

waktu baca 3 menit

Beijing (KABARIN) - Pemerintah China menyatakan dukungannya terhadap ASEAN dalam upaya mendamaikan konflik yang kembali memanas antara Kamboja dan Thailand dalam sepekan terakhir. Beijing menilai dialog dan gencatan senjata menjadi langkah paling krusial untuk menghentikan kekerasan di wilayah perbatasan kedua negara.

“China mendukung kedua belah pihak untuk melakukan dialog dan konsultasi langsung, mendukung upaya perdamaian yang dilakukan oleh ASEAN, khususnya Malaysia, serta mendukung upaya untuk menemukan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dalam kerangka ASEAN,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Senin.

Bentrok bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali pecah sejak Senin (8/12) di wilayah perbatasan. Konflik tersebut berdampak besar pada warga sipil, dengan sekitar 700.000 orang terpaksa mengungsi. Di Kamboja, tercatat 11 warga sipil tewas, sementara di Thailand 16 tentara dan tujuh warga sipil meninggal dunia. Selain itu, lebih dari 290 tentara dan petugas polisi dilaporkan terluka.

Guo Jiakun menyebut China sebagai tetangga sekaligus sahabat bagi kedua negara dan terus memantau situasi terkini dengan serius.

“Kami sangat berbelasungkawa atas korban jiwa yang diderita kedua belah pihak dan menyampaikan simpati yang mendalam. Kamboja dan Thailand adalah dan akan selalu menjadi tetangga. Persahabatan dan hubungan bertetangga yang baik sangat berharga bagi suatu negara,” tambah Guo Jiakun.

Menurutnya, prioritas utama saat ini adalah menghentikan pertempuran dan melindungi warga sipil yang terdampak konflik.

“Kami berharap kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas wilayah perbatasan dan kepentingan rakyat, dapat menahan diri secara maksimal, mengambil semua langkah yang kondusif untuk mewujudkan gencatan senjata, dan meredakan ketegangan sesegera mungkin,” ungkap Guo Jiakun.

Sejak konflik pecah, China disebut terus menjaga komunikasi intensif dengan Kamboja dan Thailand di berbagai tingkatan. Beijing juga mengklaim aktif mendorong terwujudnya dialog damai di antara kedua negara.

“Kami secara aktif baik dengan Kamboja maupun Thailand mempromosikan perundingan perdamaian, dan telah menciptakan kondisi untuk dialog di antara mereka,” tambah Guo Jiakun.

Ia menegaskan, China akan terus memainkan peran konstruktif demi tercapainya gencatan senjata dan pemulihan perdamaian di kawasan.

Sementara itu, situasi di lapangan masih tegang. Thailand pada Minggu (14/12), tepat di hari ketujuh bentrokan, memberlakukan darurat militer dan jam malam di sejumlah distrik di provinsi paling timur, Trat. Status tersebut memberi kewenangan aparat untuk menahan individu serta melakukan penggeledahan terhadap orang, kendaraan, maupun bangunan yang dianggap mengancam keamanan.

Juru bicara Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Laksamana Muda Parach Rattanachaipan, menyatakan marinir Thailand berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Ban Sam Lang dan Ban Nong Ree di sub-distrik Cham Rak, Muang, provinsi Trat, setelah pertempuran sengit dengan pasukan Kamboja.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand melakukan serangan ke sejumlah desa menggunakan tembakan artileri, pemboman jet tempur F-16, serta pergerakan infanteri, seperti dilaporkan Khmer Times.

Kamboja dan Thailand saling menuding sebagai pihak yang memulai bentrokan terbaru ini. Keduanya juga menilai konflik tersebut melanggar perjanjian damai yang ditandatangani pada 26 Oktober 2025 di Kuala Lumpur, yang disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.

Anwar Ibrahim sebelumnya menyampaikan melalui media sosial X bahwa ia telah melakukan panggilan terpisah dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, serta mendesak agar permusuhan segera dihentikan demi stabilitas kawasan Asia Tenggara.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka