Palembang (KABARIN) - Malam pergantian Tahun Baru 2026 di Palembang terasa berbeda dan penuh makna. Alih-alih merayakannya dengan pesta kembang api atau hiburan hingar bingar, ratusan warga memilih berkumpul di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo atau Masjid Agung Palembang untuk mengikuti zikir dan doa bersama.
Kegiatan yang digelar pada Rabu malam itu menjadi momen refleksi dan solidaritas bagi masyarakat Palembang, khususnya untuk mendoakan para korban bencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra seperti Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
Pemandu zikir, Andi Syarifuddin, dalam sambutannya mengajak jamaah untuk bersyukur atas keistimewaan Kota Palembang yang dikenal sebagai kota religius dan melahirkan banyak tokoh agama serta nasional.
“Melalui zikir ini, kita tidak hanya berdoa, tapi juga bermuhasabah—merenungi apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita perbaiki ke depan,” ujarnya.
Menurut Andi, zikir bersama di malam tahun baru menjadi cara sederhana namun bermakna untuk memperkuat silaturahmi, menumbuhkan empati, dan mengajak masyarakat mengisi pergantian tahun dengan kegiatan yang lebih menenangkan jiwa.
Ia juga menekankan bahwa manfaat terbesar dari sebuah momen adalah seberapa besar dampaknya bagi sesama.
“Kita tetap beraktivitas, tapi dengan cara yang berbeda. Bukan sekadar merayakan, melainkan mendekatkan diri kepada Allah dan mendoakan saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” katanya.
Usai menunaikan shalat Isya berjamaah, ratusan jamaah tampak khusyuk duduk tertib mengikuti rangkaian zikir dan doa. Suasana masjid pun terasa hangat dan penuh kekhidmatan, menghadirkan ketenangan di tengah hiruk pikuk malam pergantian tahun.
Malam itu, Masjid Agung Palembang bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang kebersamaan dan kepedulian—sebuah cara sederhana namun mendalam dalam menyambut tahun baru dengan hati yang lebih bersih dan penuh harapan.
Sumber: ANTARA
