Gianyar, Bali (KABARIN) -
Taman Safari Bali (TSB) melakukan konservasi sebanyak 20 ekor burung Perkici Dada Merah (Trichoglossus forsteni mitchellii) untuk mendukung kelestarian satwa langka endemik Pulau Dewata itu.
“Mudah-mudahan upaya ini bisa mendorong berkembang biak dan nanti bisa dilepaskan kembali ke alam,” kata Pendiri Taman Safari Indonesia (TSI) Jansen Manansang di Gianyar, Bali, Jumat.
Pihaknya membangun 10 unit sangkar khusus di pusat pengembangbiakan yang per unitnya dihuni sepasang burung jantan dan betina yang memiliki tubuh mungil bersuara merdu dengan warna indah itu.
Sebanyak 20 ekor burung yang masuk kategori terancam punah oleh Organisasi Internasional Konservasi Alam (IUCN) dan dilindungi Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1990 itu telah melalui masa adaptasi di sangkar tersebut sejak tiba di Bali pada 17 Juli 2025.
Sementara itu, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kehutanan RI Nunu Anugrah yang membuka pusat pengembangbiakan Perkici Dada Merah tersebut mengapresiasi kerja sama para pihak dan upaya konservasi satwa endemik Indonesia yang sebarannya di Bali dan Lombok.
Ia mengungkapkan berdasarkan data 2020 burung tersebut di alam liar diperkirakan tidak lebih dari 10 ekor.
“Kami ingin menurunkan status keterancaman spesies,” katanya.
Sebelumnya, burung yang di Bali dikenal dengan nama Atat itu dikembalikan dari salah satu lembaga konservasi di Cornwall, Inggris ke Bali dalam program pemulihan warisan hayati hasil kerja sama TSB, World Parrot Trust dan Paradise Park yang didukung Kementerian Kehutanan RI.
Pemulangan ke Bali itu melalui proses yang panjang melibatkan banyak pihak dan kerja sama antarnegara yang dimulai sejak September 2023.
Total ada 40 ekor burung pemakan nektar, serbuk sari dan buah-buahan itu yang dipulangkan dari Inggris ke Bali, yang sebanyak 20 ekor lainnya juga dikonservasi oleh lembaga konservasi lain di Bali.
Burung itu memiliki warna dominan hijau dan kombinasi warna lain yakni pada bagian dada berwarna merah, kepala berwarna hijau kehitaman, tengkuk berwarna kuning dan ujung sayap berwarna hitam.
Perkici Dada Merah mengalami penurunan populasi di alam liar karena beragam sebab di antaranya hilangnya habitat alami dan perburuan serta perdagangan ilegal.
Upaya konservasi itu diharapkan dapat mengikuti keberhasilan pengembangbiakan burung endemik Pulau Dewata yakni Jalak Bali.
Pembukaan pusat pengembangbiakan Perkici Dada Merah itu dihadiri Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Gianyar, pecinta alam hingga institusi terkait lainnya.