Mimpi besar dan langkah panjang Timnas Futsal Indonesia menuju panggung dunia

waktu baca 3 menit

Pencapaian itu hanya bisa lahir dari fondasi yang kuat. Karena itu, pembinaan usia dini terus ditekankan, bahkan sejak anak-anak berusia enam tahun, agar mereka terbiasa dengan kompetisi sejak awal

Jakarta (KABARIN) - Dalam beberapa tahun terakhir, futsal Indonesia udah nunjukin perkembangan yang nggak main-main. Dari awalnya cuma dianggap olahraga alternatif sepak bola, sekarang futsal udah jadi cabang olahraga yang sukses bikin publik Indonesia bangga.

Keseriusan pembinaan keliatan banget lewat hadirnya kompetisi berjenjang, mulai dari usia dini, liga amatir, sampai level profesional. Federasi Futsal Indonesia (FFI) juga gercep dengan bikin liga resmi kayak Pro Futsal League (PFL), PFL 2, sampai Women’s Pro Futsal League. Dari sinilah banyak talenta lokal ditempa sebelum dipanggil ke timnas.

Menariknya, beda dari sepak bola, futsal Indonesia nggak ngandelin pemain naturalisasi. Filosofinya jelas: mengembangkan pemain lokal dengan gaya khas Indonesia cepat, lincah, dan kreatif. Pelatih sekaligus Direktur Teknik timnas futsal, Hector Souto, percaya banget kalau talenta lokal kita udah lebih dari cukup. Syaratnya, pembinaan harus dimulai sejak usia dini.

Hasilnya pun mulai keliatan. Nama-nama kayak Andri Kustiawan dan Evan Soumilena jadi bukti bahwa kompetisi domestik bisa melahirkan pemain kelas internasional. Dari sisi prestasi, futsal Indonesia udah rajin bikin gebrakan. Mulai dari jadi langganan final Piala AFF, juara ASEAN Futsal Championship 2010 dan 2024, sampai menembus perempat final AFC Futsal Asian Cup 2022.

Sekarang, Indonesia duduk manis di peringkat 23 dunia versi FIFA per Agustus 2025, sekaligus jadi negara ke-5 terbaik di Asia setelah Iran, Thailand, Jepang, dan Uzbekistan.

Fokus terdekat: SEA Games 2025 & Piala Asia 2026

Target jangka pendeknya cukup jelas. Timnas futsal ngincer medali di SEA Games 2025 di Thailand, lalu tampil maksimal di AFC Futsal Asian Cup 2026 di mana Indonesia bakal jadi tuan rumah. Ketua FFI, Michael Sianipar, nggak mau kasih beban muluk-muluk ke pemain, tapi jelas harapannya tim bisa melangkah sejauh mungkin.

Strategi jangka menengahnya? Juara Asia dulu, baru nanti berbicara di level dunia. Bahkan, FFI udah pasang target ambisius: tembus 20 besar dunia sebelum tampil di Piala Asia 2026. Keuntungan jadi tuan rumah bikin peluang itu makin terbuka lebar.

Biar regenerasi jalan mulus, FFI juga gaspol di pembinaan kelompok umur kayak U-16 dan U-20. Klub-klub futsal pun diwajibin punya akademi biar talenta baru terus lahir. Ditambah lagi dengan pemusatan latihan rutin, uji coba internasional, sampai ikut turnamen undangan kayak 4 Nations World Series yang pernah bikin Indonesia jadi runner-up.

Visi jangka panjang: Juara Dunia 2045

Kunci lain yang bikin percaya diri adalah kestabilan di kursi pelatih. Kontrak Hector Souto diperpanjang sampai 2028, jadi visi dan filosofi permainan bisa berjalan konsisten. Apalagi dia udah buktiin kapasitasnya dengan gelar AFF 2024.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Tim-tim besar Asia macam Iran, Jepang, dan Uzbekistan masih unggul dari sisi tradisi, pengalaman, dan kedalaman skuad. Belum lagi soal anggaran, fasilitas, sampai kebutuhan uji coba internasional yang harus lebih banyak.

Tapi justru rintangan inilah yang bikin futsal Indonesia makin termotivasi. Tahun 2026 bakal jadi momen penting saat kita jadi tuan rumah Piala Asia. Minimal, targetnya tembus semifinal sekaligus membuka jalan ke Piala Dunia.

Lebih jauh lagi, FFI udah punya visi sampai 2045 tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Mimpinya besar: jadi juara dunia futsal. Ambisi itu memang kedengarannya gila, tapi justru lewat mimpi segede itu semua elemen futsal Indonesia bisa bersatu, kerja keras, dan ngebuktiin kalau Garuda bisa terbang lebih tinggi.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka