Dokter sebut anak perempuan lebih rentan alami gangguan mata dan emosi

waktu baca 2 menit

...pelajar perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi mata, keterbatasan aktivitas karena penglihatan, dan gangguan sosial akibat kondisi tersebut

Jakarta (KABARIN) - Dokter spesialis mata Kianti Raisa Darusman mengingatkan anak perempuan punya risiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan penglihatan dibanding anak laki-laki.

“Dari hasil penelitian kami, pelajar perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi mata, keterbatasan aktivitas karena penglihatan, dan gangguan sosial akibat kondisi tersebut,” ujar Kianti usai kegiatan uji publik inovasi pemeriksaan mata dan jiwa anak di Jakarta, Kamis.

Menurut Kianti, kebiasaan anak perempuan yang lebih sering beraktivitas di dalam ruangan menjadi salah satu penyebabnya. Ia menyarankan agar anak perempuan lebih sering melakukan aktivitas di luar ruangan karena hal ini bisa melindungi mata dari risiko minus.

“Adapula data riset menunjukkan 63 persen anak-anak menggunakan gawai lebih dari dua jam per hari, sementara 55 persen memiliki aktivitas luar ruangan yang rendah. Faktor ini menjadi penyebab utama meningkatnya kasus rabun jauh pada anak-anak usia sekolah,” tambahnya.

Selain masalah penglihatan, anak perempuan juga lebih rentan mengalami tekanan emosional terkait kondisi mata mereka. Sekitar 57 persen anak berkacamata melaporkan gejala kecemasan dan 67 persen menunjukkan tanda-tanda depresi.

“Stigma sosial terhadap penggunaan kacamata masih kuat di kalangan pelajar perempuan. Banyak anak merasa malu memakai kacamata karena takut diejek teman. Ini berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan kesehatan mental mereka,” jelas Kianti.

Karena itu, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menekankan perlunya pendekatan berbeda antara anak laki-laki dan perempuan dalam program pemeriksaan dan edukasi kesehatan mata supaya intervensi lebih efektif.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka