Fakta Sapi Gama, inovasi UGM yang bisa tumbuh sampai 900 kg

waktu baca 2 menit

Jakarta (KABARIN) - Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menciptakan jenis sapi baru bernama Sapi Gama yang merupakan singkatan dari sapi gagah dan macho. Hewan ini resmi diakui oleh Kementerian Pertanian sebagai rumpun sapi pedaging asli Indonesia.

Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 840/Kpts/HK.150/M/09/2025 dan diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono bersama Bupati Bogor Rudy Susmanto.

Sapi Gama dikembangkan oleh Fakultas Peternakan UGM bersama PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) dan University of Liege, Belgia. Proyek ini sudah berjalan lama dan kini menghasilkan sapi lokal unggulan dengan berbagai kelebihan.

Sapi Gama merupakan hasil persilangan dari tiga jenis sapi terbaik, yaitu Belgian Blue asal Belgia, Wagyu, dan Brahman. Kombinasi ini dilakukan agar bisa menghasilkan sapi dengan tubuh besar dan berotot, daging yang lembut, serta mampu beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia.

Induk Belgian Blue biasanya sulit melahirkan karena ukuran anaknya yang besar. Untuk mengatasi hal itu, peneliti memadukannya dengan Brahman yang memiliki pinggul lebar dan lebih mudah melahirkan. Cara ini juga bisa jadi solusi bagi sapi-sapi lokal yang sering kesulitan saat proses persalinan.

Sapi Gama punya banyak keunggulan. Tubuhnya berotot ganda, dagingnya berkualitas premium, dan pertumbuhannya cepat. Anak sapi Gama lahir dengan bobot sekitar 36 kilogram dan bisa tumbuh pesat jika diberi pakan yang baik.

Selain itu, sapi ini punya struktur tulang kecil sehingga jarang mengalami kesulitan melahirkan. Karena disilangkan dengan sapi Brahman, Sapi Gama lebih tahan panas dan penyakit tropis, cocok dengan kondisi Indonesia.

Ketua Tim Peneliti, Prof. Ali Agus, menjelaskan bahwa pengembangan Sapi Gama sudah dilakukan selama 13 tahun. Dari riset panjang itu, UGM akhirnya berhasil menciptakan sapi lokal unggulan yang punya banyak kelebihan dibanding jenis lain.

Sapi Gama juga memiliki karkas atau daging siap olah dengan persentase mencapai 65 hingga 68 persen. Pada usia 30 bulan atau sekitar 2,5 tahun, beratnya bisa mencapai 700 hingga 800 kilogram dan sudah layak disembelih.

Pada usia dua tahun, sapi ini bisa berbobot 550 sampai 600 kilogram. Jika dibiarkan hingga tiga tahun, bobotnya bisa menembus 900 kilogram. Angka ini lebih besar dibanding sapi lokal lain yang butuh waktu lebih lama untuk mencapai ukuran serupa.

Selama pengembangannya, Sapi Gama diberi pakan khusus dari limbah pertanian yang dicampur dengan bahan tambahan alami seperti mineral, herbal, dan vitamin. Formula ini membantu menjaga daya tahan tubuh dan mempercepat pertumbuhannya.

Sapi Gama dikembangkan di dua lokasi utama, yaitu di Sleman dan Klaten. UGM berharap inovasi ini bisa membantu meningkatkan produksi daging nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor di masa depan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka