PBB ungkap adanya kekerasan seksual dan krisis kemanusiaan di El Fasher Sudan

waktu baca 2 menit

PBB (KABARIN) - Situasi di El Fasher, Sudan, makin mengkhawatirkan setelah wilayah itu dikuasai oleh Pasukan Dukungan Cepat atau RSF. Dalam laporan terbaru, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkap adanya berbagai pelanggaran berat terhadap warga sipil, termasuk kekerasan seksual dan eksekusi tanpa proses hukum.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut pihaknya menerima laporan yang dapat dipercaya soal kekerasan terhadap warga, termasuk perempuan dan anak-anak, di kota yang kini terblokade tersebut.

“Ratusan warga sipil, termasuk pekerja kemanusiaan, dilaporkan tewas, sementara banyak yang masih terjebak di dalam kota dengan sedikit atau tanpa komunikasi dengan dunia luar,” ungkap OCHA seperti dikutip dari Xinhua.

OCHA juga menyoroti tindakan RSF yang masih menahan distribusi bantuan kemanusiaan. Padahal, menurut hukum internasional, kelompok bersenjata wajib mempermudah penyaluran bantuan tanpa hambatan.

Kondisi warga makin buruk setelah lebih dari 70 ribu orang dilaporkan melarikan diri dari El Fasher sejak kota itu jatuh pada 26 Oktober lalu. Data dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menunjukkan sebagian besar pengungsi kini berada di kamp sementara di Kota Tawila yang jaraknya sekitar 40 kilometer. Para pengungsi menceritakan berbagai kekerasan seperti pembunuhan, penculikan, dan pelecehan seksual yang terjadi di sepanjang jalan.

Di Tawila sendiri, kondisi pengungsi memprihatinkan. Banyak keluarga yang harus tidur di tempat terbuka karena minimnya tempat penampungan. Persediaan makanan semakin menipis dan air bersih sulit ditemukan.

OCHA menjelaskan bahwa PBB bersama lembaga kemanusiaan lain sudah berusaha menyalurkan bantuan berupa makanan, layanan kesehatan, air, sanitasi, serta dukungan psikologis. Namun, bantuan itu baru mampu menjangkau sebagian kecil dari warga yang membutuhkan.

Kekerasan juga meluas ke wilayah Kordofan. OCHA mencatat adanya peningkatan tajam dalam konflik di kawasan Bara dan Um Rawaba yang membuat puluhan ribu orang kembali mengungsi. Laporan menyebut terjadi dugaan pembunuhan cepat terhadap warga sipil serta kerusakan parah pada fasilitas umum.

Hingga awal November ini, krisis di Sudan belum menunjukkan tanda mereda. Dari total dana kemanusiaan senilai 4,16 miliar dolar AS yang dibutuhkan tahun 2025, baru sekitar 28 persen atau 1,17 miliar dolar AS yang berhasil terkumpul.

PBB menyerukan dukungan lebih besar dari komunitas internasional agar bantuan bisa segera menjangkau jutaan warga yang terjebak dalam kekacauan perang di Sudan.

Bagikan

Mungkin Kamu Suka